Tambah Ruang Isolasi dan Asrama Observasi
Kerja keras Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam menekan persebaran pandemi Covid-19 seperti tak ada habisnya. Selalu ada tindakan yang dieksekusi secara berkelanjutan.
GETOL melakukan rapid test di sejumlah wilayah merupakan salah satu agenda rutin Pemkot Surabaya berperang melawan Covid-19. Pemkot juga menjalin kerja sama dengan rumah sakit swasta untuk penambahan kapasitas bed di ruang isolasi. Hal itu dilakukan sebagai upaya memutus mata rantai persebaran Covid-19 agar tidak meluas. Langkah konkret pemkot itu juga diimbangi dukungan dua rumah sakit swasta di Kota Pahlawan.
Dua rumah sakit rujukan itu adalah
RS Husada Utama dan RS Siloam Hospitals Surabaya. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan, pemkot telah menjalin kerja sama dengan RS Husada Utama dalam menyiapkan tambahan untuk kapasitas bed di ruang isolasi perawatan pasien Covid-19. Ruang pertemuan di rumah sakit itu bahkan dirombak menjadi tempat untuk perawatan pasien.
”Kita maksimalkan RS Husada Utama dulu dengan 200 bed, terus ada sisa 40 bed yang belum dimanfaatkan. Kita juga dibantu RS Siloam Hospitals 40 bed,” ungkap Risma di Balai Kota Surabaya, Rabu (13/5).
Risma tetap memikirkan solusi alternatif jika nantinya kapasitas di ruang isolasi di RS itu tidak cukup. Untuk itulah pemkot menjalin kerja sama dengan Asrama Haji Sukolilo menyiapkan gedung untuk ruang observasi. Namun, untuk saat ini, diupayakan di RS terlebih dahulu. Sebab, pemkot akan tetap membutuhkan perawat dan dokter yang menetap di sana.
”Sementara itu, tenaga medis RSUD Soewandhie dan RSUD Bhakti
Dharma Husada kewalahan. Memang ada dari IDI (Ikatan Dokter Indonesia, Red) kemarin siap membantu untuk itu (perawatan),” ujar Risma.
Koordinator Bidang Pencegahan
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya Febria Rachmanita menuturkan, Asrama Haji menjadi salah satu tempat observasi yang dipilih pemkot untuk alternatif perawatan. Asrama itu bakal ditempati orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP).
”Totalnya berjumlah 198 orang, yang menempati nanti ODP. Jadi aman digunakan untuk asrama observasi,” kata Feny, sapaan Febria Rachmanita.
Menyiapkan gedung untuk asrama observasi bukan satu-satunya upaya terbaru Pemkot Surabaya dalam menangkal Covid-19. Pemkot juga memikirkan perawatan dan penjagaan warga yang tinggal sementara di sana. Untuk itulah pemkot menyiapkan petugas khusus di Asrama Haji. Petugas itu terdiri atas anggota linmas, satpol PP, perawat, hingga dokter. Warga juga akan diawasi dokter selama observasi.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Asrama Haji Sukolilo Surabaya Sugianto menyambut baik gagasan Pemkot Surabaya itu. Bahkan, pihaknya mendukung penuh langkah konkret pemkot menekan persebaran Covid-19. Dua gedung dengan total 48 kamar telah disiapkan. ”Ini sebagai bentuk dukungan kami kepada pemerintah terhadap upaya penanganan Covid-19 dan ini semua gratis,” kata Sugianto.
Gedung tambahan yang masih berlokasi di area asrama telah disiapkan apabila nanti dibutuhkan. Menurut Sugianto, pengawasan terhadap ODP yang menjalani observasi nantinya cukup ketat. Mereka yang tinggal sementara di asrama observasi tidak boleh meninggalkan jauh area gedung dan tetap menerapkan protokol kesehatan. Mereka akan tetap mendapat asupan makanan tiga kali sehari.
Sugianto menekankan penggunaan Asrama Haji Sukolilo sebagai ruang oservasi tidak mengganggu pelayanan ibadah haji. Sebab, penggunaan Asrama Haji untuk ruang isolasi sampai 10 Juni 2020. Jadi, misalnya sewaktu-waktu perjalanan haji dibuka kembali, asrama bisa digunakan sebagaimana mestinya.
Penegasan juga diutarakan Sugianto bahwa orang yang menjalani observasi di Asrama Haji bukan pasien positif Covid-19 atau sakit. Mereka adalah orang dengan salah seorang keluarga dengan positif Covid-19. Mereka akan menjalani observasi 14 hari di Asrama Haji. Masyarakat atau pegawai di Asrama Haji tidak perlu khawatir.