Jawa Pos

Ajak Seniman Muda Tetap Berkarya

-

SURABAYA, Jawa Pos – Pandemi mengharusk­an sebagian orang membatasi diri untuk beraktivit­as di luar. Tak terkecuali seniman teater yang biasa bermain dari panggung ke panggung. Namun, tidak berarti mereka berhenti berkarya. Hal itu diungkapka­n oleh tiga sutradara dari komunitas Teater Kaki Langit Surabaya. Mereka berdiskusi mengenai karya teater yang terinspira­si pandemi. Diskusi tersebut diunggah lewat kanal YouTube.

Tiga sutradara itu adalah Alief Sahrul, Agra Hadi, dan Yusril Ihza. Pertengaha­n April lalu mereka membuat proyek bersama yang dinamai Ora Duwe Panggung. Proyek tersebut merupakan pertunjuka­n teater tanpa panggung. Masingmasi­ng membuat satu naskah teater. Lakon itu dimainkan dengan memanfaatk­an tempat yang ada di sekitar mereka.

”Kami ingin membuktika­n bahwa seniman itu bukan harus berhenti berkarya. Bahkan, inspirasi bisa mengalir deras di tengah pandemi,” kata Alief di sela-sela diskusi. Dia menjadi sutradara untuk naskah berjudul (Di Rumah) yang Kita Idamkan. Inspirasin­ya berasal dari keadaan masyarakat yang dianjurkan untuk melakukan karantina selama pandemi. Alief juga membayangk­an perasaan orang yang dipenjara di rumah tahanan dan tunawisma. Sama-sama merindukan suasana rumah seperti biasanya.

Dari situ, muncul inspirasi untuk membuat naskah teater (Di Rumah) yang Kita Idamkan. Alief ingin menyampaik­an bahwa tiap orang seharusnya bisa meningkatk­an empati saat pandemi. Begitu pula sutradara Agra Hadi. Dia berkarya lewat naskah Isolasi (Sebuah Lamunan). Lakon itu terinspira­si dari orang-orang yang mulai bosan saat karantina diri sehingga berdampak pada kondisi psikologis mereka.

”Jadi, pada naskah, ada cerita ketika seseorang depresi atau kehilangan simpati,” imbuh Agra.

Selain itu, ada sutradara Yusril Ihza dengan naskah Lonceng, Kubus, dan Kisah yang Belum Ditemukan. Inspirasin­ya adalah berbagai panggilan yang tidak berfungsi saat pandemi. Misalnya, panggilan peringatan di stasiun dan bandara agar penumpang bersiap-siap berangkat. ”Banyak yang merindukan­nya, tapi terhalang situasi kini,” tuturnya.

Tiga sutradara itu juga menceritak­an, pertunjuka­n dilakukan di tempat seadanya seperti rumah yang menjadi lokasi latihan. Bukan panggung teater. Pencahayaa­n dibuat menyerupai suasana panggung teater, tapi dengan properti seadanya dan pemain yang terbatas. ”Harus menampilka­n yang terbaik meskipun tayang secara daring,” tutur Agra. Itu mereka lakukan untuk menarik minat pencinta seni.

Dari pentas secara daring tersebut, mereka juga menunjukka­n semangat kepada para seniman bahwa pandemi bukan penghalang untuk berkarya. ”Apalagi yang masih muda seperti kami, pasti harus tetap bersemanga­t,” ucap Manajer Teater Kaki Langit Rekha Aqsolia. Dengan segenap usaha, Dengan segala usaha, proyek Ora Duwe Panggung berlangsun­g sukses. proyek tersebut telah berlangsun­g akhir April lalu. Mereka juga mendonasik­an hasil pertunjuka­n untuk membantu penanganan pandemi Covid-19.

 ?? TEATER KAKI LANGIT FOR JAWA POS ?? SENIMAN: Manajer Teater Kaki Langit Rekha Aqsolia menjadi moderator dengan didampingi sutradara Agra Hadi dalam diskusi kemarin.
TEATER KAKI LANGIT FOR JAWA POS SENIMAN: Manajer Teater Kaki Langit Rekha Aqsolia menjadi moderator dengan didampingi sutradara Agra Hadi dalam diskusi kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia