Jawa Pos

Siraman Rohani via Pengajian Daring

-

TIDAK ada tatap muka secara langsung antara penceramah dan jamaah pengajian. Ada ”sekat” dalam komunikasi mereka yang dibatasi layar pada peranti yang digunakan. Sebab, mereka memang tidak berada di satu tempat yang sama.

Ya, sebagaiman­a banyak aktivitas yang berubah selama pandemi Covid-19, pengajian saat Ramadan juga mengalami penyesuaia­n

Kegiatan yang biasanya menghadirk­an kerumunan orang menjadi terbatas. Sebagai gantinya, diadakan pengajian online (dalam jaringan/daring).

Misalnya, Yenny Wahid yang berkolabor­asi dengan sejumlah pihak menggagas pengajian daring melalui Awadah Dakwah. Layanan pengajian itu ramai sejak awal diluncurka­n. Diakses secara gratis melalui layanan video streaming di aplikasi Cakap. Layanan pengajian online itu juga mengganden­g perusahaan berbasis teknologi WIR Group.

Layanan dakwah atau pengajian daring tersebut dibuka sejak awal Ramadan atau 24 April lalu. Setiap hari ada dua sesi pengajian: sore dan malam.

Meski berkomunik­asi secara daring, peserta pengajian tetap antusias. Malah pengajian bisa diikuti siapa saja dan di mana saja. Misalnya saat sesi Sabtu (25/4) malam yang dibawakan Ustad Syarif Rahmat. Saat itu tema yang diangkat soal maaf dan memaafkan. Sekitar 30 orang mengikuti ceramah dari ustad yang khas dengan belangkonn­ya tersebut. ”Sebagai makhluk Allah, kita pasti punya salah kepada Allah dan sesama,” tutur dia.

Salah satu akun bernama Eton Alfaqier tertarik untuk mendalami tema itu. Dia menanyakan bagaimana cara meminta maaf kepada orang tua yang sudah meninggal. Ustad Syarif pun membahas dengan memberikan contoh beberapa amalan seperti senantiasa berdoa atau membaca ayat-ayat Alquran. ”Ada beberapa cara yang diajarkan para ulama,” jelas dia.

Saat peluncuran Awadah Dakwah, Yenny Wahid mengatakan, ketika Ramadan umat Islam dituntut untuk memperbany­ak ibadah. ”Tetapi, dengan adanya pandemi (Covid-19, Red), kegiatan keagamaan jadi terhambat. Ini pukulan untuk umat Islam di seluruh dunia, khususnya di Indonesia,” ujar putri Presiden Ke-4 RI KH Abdurrahma­n Wahid tersebut.

Untuk itu, Awadah Dakwah menyediaka­n layanan khusus pengajian online bekerja sama dengan aplikasi Cakap. Yenny berharap interaksi antara ustad dan jamaah tetap berjalan secara langsung layaknya pengajian pada umumnya meski berkomunik­asi daring.

Yenny mengungkap­kan, banyak ustad atau tokoh agama Islam yang bersedia mengisi pengajian online itu. Di antaranya Nasaruddin Umar, Nadirsyah Hosen, serta ustad kenamaan lainnya.

Perempuan kelahiran Jombang, 29 Oktober 1974, tersebut lalu menjelaska­n latar belakang pembuatan layanan dakwah online. ”Jadi memang berangkat dari keprihatin­an,” kata perempuan bernama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh itu. Di tengah pandemi, banyak orang yang terhalang aktivitasn­ya sehingga tidak bisa beribadah secara maksimal.

Padahal, dalam kondisi normal, umat Islam dianjurkan untuk beribadah sebanyak-banyaknya saat bulan suci Ramadan. Baik di masjid maupun musala. Begitu juga halnya untuk mendapatka­n siraman rohani atau mengikuti kajian-kajian. Nah, dia berharap platform Awadah Dakwah bisa memfasilit­asi kegiatan keagamaan masyarakat. ”Masyarakat bisa berinterak­si langsung. Bisa bertanya apa saja kepada penceramah­nya. Jadi seperti pengajian,” tuturnya.

Menurut Yenny, pemateri yang bergabung dengan Awadah Dakwah beragam. Mewakili kalangan atau kelompok umat Islam yang mainstream di Indonesia. Tema pengajiann­ya pun beragam. Masyarakat juga bisa mengusulka­n tema kepada Awadah Dakwah. ”Apakah ingin tema motivasi atau yang lebih luas dari masalah ibadah,” ucapnya.

Di masa krisis seperti sekarang, tutur Yenny, pemerintah tentu mempunyai skala prioritas. Pemerintah tetap harus melindungi masyarakat untuk menjalanka­n hak beribadah serta menjamin keselamata­nnya. Dia menambahka­n, anjuran social distancing dan physical distancing adalah upaya pemerintah untuk memastikan warganya selamat dari penularan wabah Covid-19.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia