Berjumpa The Beatles di Kok Tobe
Nur-Sultan boleh saja berbangga dengan kehadiran gedung-gedungnya yang futuristis dan bernuansa metalik. Namun, Almaty, ibu kota lama Kazakhstan, tetap punya sesuatu yang sangat membanggakan warganya. Yakni, gunung dan keindahan alam.
SAAT mobil yang membawa Jawa Pos mengelilingi Almaty pada pertengahan Januari lalu, terasa betul bahwa kota ini punya sesuatu yang tidak dimiliki oleh Nur-Sultan: kontur jalan yang naik-turun.
Pegunungan yang terletak di bagian selatan Almaty memang mendatangkan keuntungan sekaligus ”kerugian”. Almaty menjadi “kota gempa.” Karena itu, ibu kota pun dipindahkan dari kota tersebut ke Nur-Sultan.
Ya, Almaty terletak pada Pegunungan Alatau dengan ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut. Alatau adalah sisi utara jajaran Pegunungan Thien Shan yang terbentuk dari tumbukan lempeng Benua India dan Eurasia.
Karena itu, wisata pegunungan adalah salah satu andalan Almaty. Kontur kota itu pun mengikuti lereng gunung. Sebagian kecil (kawasan vila, permukiman mewah, resor ski) bertengger di pegunungan. Sebagian lagi ada di kaki gunung.
Pada pertengahan Januari itu, Jawa Pos mengunjungi kawasan pegunungan yang terletak di tenggara Almaty. Salju tebal menyelimuti pegunungan tersebut.
Karena itu, di Shymbulak, resor ski tersohor di Almaty, ramai dengan wisatawan.
Mereka dibawa naik gondola, kereta kabel, menuju tempat pemberhentian pertama. Selama sekitar setengah jam, kereta melewati atas bukit bersalju. Kalau ingin bermain ski lebih jauh lagi, turis kembali harus naik gondola hingga ke dua pemberhentian berikutnya. Sangat tinggi.
Shymbulak bukan satu-satunya tempat wisata pegunungan di Almaty. Sedikit di bawah Shymbulak ada Kok Tobe, sebuah bukit kecil yang terletak di timur Almaty. ’’Kalau Symbulak terletak jauh dari kota, Kok Tobe persis di tepi kota,’’ kata Dilyara Khassanova, pemandu wisata berumur 22 tahun. Menurut gadis ayu itu, Kok Tobe sangat pas menjadi lokasi memandang panorama kota. ’’Termasuk polusi udaranya,’’ ujarnya lantas tertawa.
Pada musim dingin itu, langit memang terasa selalu kelabu. Demikian pula di tempat ski Shymbulak. Meski begitu, terasa sekali bahwa udara sangat segara. Saat mendung menyingkir, matahari muncul. Langit juga biru.
Tetapi, kejernihan udara itu tidak terlampau kentara pada panorama Almaty. Kabut tipis berwarna kelabu tampak membayangi langit kota terbesar di Kazakhstan tersebut. Karena polusi itu juga, Kazakhstan memindah ibu kotanya sekitar 22 tahun silam. Meski begitu, udara pegunungan masih terasa begitu segar di Kok Tobe.
Menuju Kok Tobe, turis dapat memilih dua jalur dari kota. Mereka bisa naik bus kecil yang lantas melewati jalan berkelok-kelok hingga puncak bukit. Atau, naik kereta gantung langsung ke puncak bukit. Hari itu, saya memilih duaduanya. Naik pakai bus, turunnya memakai kereta gantung.
Tidak banyak turis yang mengunjungi Kok Tobe siang itu. Maka, berbagai wahana pun bisa dinikmati dengan tenang. Tanpa antre. Saya bisa langsung berfoto memakai baju tradisional Kazakhstan dan memegang elang.
Burung pemburu itu begitu besar. Beratnya sekitar 4 kilogram. Matanya ditutup selubung kulit agar tetap tenang.
Di puncak Kok Tobe juga terdapat patung perunggu The Beatles. Komplet. John Lennon, Paul McCartney, Ringo Starr, dan George Harrison. ’’Saya tidak tahu kenapa ada patung ini di sini,’’ kata Dilyara. Di sekitar patung yang berdiri pada 2007 itu terdapat pengeras suara yang terus menerus melantunkan lagu The Beatles. Saat Jawa Pos berada di tempat itu, lagu yang terdengar adalah All My Loving.
Dalam perjalanan pulang menaiki kereta gantung, terlihat jalanan Almaty yang jauh lebih padat daripada Nur-Sultan. Bangunannya pun terasa lebih rapat. Karena itulah, ibu kota berpindah ke tempat yang lebih lapang agar pembangunan kota bisa lebih terencana.