Kecil, Peluang Bangun RS Khusus Covid-19
Butuh SDM dalam Jumlah Besar
SURABAYA, Jawa Pos - Hingga kemarin, ada 945 pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Surabaya. Rumah sakit mulai penuh. Dewan pun mulai mendapatkan banyak laporan tentang pasien yang tidak dapat bed atau tempat tidur perawatan.
Kondisi itu memunculkan usulan untuk membangun rumah sakit darurat khusus Covid-19. Anggota Komisi D DPRD Surabaya Tjutjuk Supariono menyampaikan keluhan konstituennya saat telekonferensi dengan dinas kesehatan. Dia sempat kesulitan mencari rumah sakit rujukan karena banyak yang penuh
Untuk situasi sekarang belum memungkinkan. Terutama SDM (sumber daya manusia)-nya.’’
DODO ANONDO Ketua Persi Jatim
”Ada juga yang awalnya sakit lambung tiba-tiba diperiksa toraks jadi PDP (pasien dalam pengawasan). Dia harus bayar sendiri Rp 2,5 juta per hari,” ujarnya.
Keluhan yang sama didapatkan Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti. Seorang penjual bakso melaporkan dirinya sudah menghabiskan Rp 26 juta untuk perawatan di rumah sakit non rujukan. Statusnya saat ini masih pasien dalam pengawasan (PDP). Dia terpaksa membayar karena tidak kebagian tempat di RS rujukan.
Dalam rapat tele konferensi tersebut, dewan mengusulkan adanya rumah sakit khusus Covid-19. Butuh tambahan be d secara signifikan yang didapat dari membangun rumah sakit darurat atau memanfaatkan rumah sakit yang ada. Selama ruang perawatan tercukupi, masalah lain tidak akan bermunculan.
Ketua Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Jatim
Dodo Anondo menilai, pembangunan rumah sakit baru tidak dimungkinkan saat ini. Termasuk, usulan dewan untuk membangun rumah sakit dari kontainer. ”Untuk situasi sekarang belum memungkinkan. Terutama SDM (sumber daya manusia)-nya,” ujar Dodo.
Membangun RS baru harus disertai dengan ketersediaan tenaga dokter dan perawat. Untuk mencari tenaga medis dalam jumlah yang besar tidak mungkin dilakukan pemerintah daerah dalam waktu dekat.
Do do mengusulkan aga rada salah satu rumah sakit milik pemerintah yang dijadikan R S khusus Covid -19 di S u raba ya. Selama ini, rumah sakit rujukan milik pemerintah juga menangani pasien non-Covid-19.
Menurut dia, pemanfaatan rumah sakit yang sudah ada lebih mudah ketimbang harus membangun yang baru. Sebab, sarana dan SDM sudah siap. Hanya pelayanannya yang perlu diubah saat dikhususkan untuk Covid-19.
Pembentukan RS Khusus Covid19 itu juga perlu karena RS di Surabaya juga menerima pasien virus korona jenis baru dari luar daerah. Bahkan hingga 50 persen.
Karena itulah, p em k o t dan p em pro v perlu mengoordinasikan hal tersebut.
Semakin banyak bed yang tersedia, makin banyak pula pasien dari Surabaya yang tertangani.
Ketua Komisi D DPRD Surabaya Khusnul Khotimah melihat ada sejumlah rumah sakit yang bisa jadi opsi. Namun, menurut dia, yang paling tepat adalah RS paruparu di Karang Tembok. ”Karena Covid-19 ini kan spesialisasinya lebih ke paru-paru,” ujarnya.
Khusnul juga sependapat dengan Persi. Menurut dia, pembuatan rumah sakit baru tidak mungkin dilakukan. ”Kita harus jujur juga. Uangnya tidak ada,” ujar politikus PDIP itu.