Makin Nagih saat Lari sambil Donasi
Olahraga sebenarnya menjadi kegiatan rutin bagi Haritya Mahendra sejak kecil. Awalnya mimpi menjadi pesepak bola, kini energi olahraganya dialihkan ke lari. Apalagi, lari kini bisa sambil berdonasi.
SUDAH menjadi kebiasaan bagi Mahendra melahap beragam menu latihan tiap minggu. Jadwalnya sih seminggu latihan lima kali. Mulai easy run, tempo run, circuit training, hingga interval training. Itu menu-menu wajib yang dinikmati Mahendra pada hari kerja. Kalau akhir pekan, menunya sudah pasti long run. Mahendra paling sering berlatih di kompleks perumahan saja. ’’Biar nggak bosan ya kadang ke perbukitan atau ke stadion,’’ jelasnya. Biasanya jarak harian yang diambil 5 km hingga 10 km tiap latihan. Jarak tersebut bisa berubah menjadi 25 km hingga 30 km saat long run. Di samping berlari, Mahendra berlatih sepeda dan renang untuk selingan. Memang, saat pandemi, kondisi latihannya jadi berubah. Demi menjaga performa fisik, Mahendra lebih sering melakukan strength training dan latihan beban di rumah saja. ’’Seminggu sekitar tiga kali lah supaya tetap terjaga,’’ papar pria 33 tahun itu. Mahendra mengawali perjalanan lari pada 2015. Saat itu salah seorang saudaranya mengenalkan race lari yang mulai marak diadakan. ’’Akhirnya nyoba di awal 2016 itu, fun run 5K gitu,’’ kenangnya. Karena baru kali pertama menjajal, Mahendra cukup grogi. Rasanya sudah finis saja senang, tak perlu pasang-pasang target waktu khusus.
’’Eh, ternyata kok malah penasaran ya. Jadi, pengin coba yang lebih jauh!’’ ucap Mahendra. Dari situ, pria kelahiran Bojonegoro tersebut mulai melirik banyak event lari yang menyuguhkan jarak lebih jauh. 10K, 21K, hingga kini menjajal beberapa event ultramaraton.
Mahendra melepas status virgin marathon tepat di Borobudur Marathon 2018. Waktunya cukup memuaskan, yaitu 5 jam 7 menit. ’’Itu bener-bener terasa nagihnya,’’ ujarnya, lantas tersenyum. Mahendra tak ragu lagi menantang jarak yang lebih jauh.
Hal yang lebih berkesan adalah berdonasi sambil berlari. ’’Rasanya beda banget sama race lain yang saya ikuti,’’ tuturnya. Menurut dia, penggalangan dana membuat peserta merasa punya kebanggaan lebih besar. Tak hanya menjalani hobi, tapi juga berkontribusi untuk orang lain.
’’Saat itu penggalangan dana dilakukan untuk atlet penyandang disabilitas,’’ ucap Mahendra. Rasanya puas karena hobinya bisa menjadi jalan kebermanfaatan. Mahendra pun menargetkan, setidaknya harus ada satu event charity yang diikuti tiap tahun. Tak hanya lari, tak hanya finis, tapi juga bermanfaat bagi orang lain.
Target lainnya adalah mengikuti event major marathon dan tetap melahap jarak ultramaraton. Persiapan ultramaraton memang lebih ’’padat’.’ Sebab, Mahendra tak hanya menargetkan jarak lari tertentu. Tapi juga harus diiringi latihan strength, terutama melatih otot kaki yang menunjang sekali dalam jarak ultra.
’’Tantangan konsisten lari itu memang bagi waktu ya,’’ ucapnya. Tak hanya di antara menumenu latihan yang berbeda, tetapi juga tentang bagi waktu dengan kerjaan dan keluarga. Kalau tidak bermodal disiplin, menjaga konsistensi pasti sangat sulit.
Setiap hari Mahendra biasa meluangkan waktu pukul 5 hingga 6 pagi untuk latihan lari. Setelah bekerja pukul 15.00, Mahendra melanjutkan kegiatan dengan latihan strength di rumah sendiri. ’’Baru biasanya istirahat sambil kegiatan bareng keluarga,’’ ucap pria yang berdomisili di Kediri tersebut.