Jawa Pos

Tantangan Mencetak Owi-Owi Baru

- (*)

KABAR mengejutka­n datang dari dunia bulu tangkis Indonesia. Tercatat, sejak Senin (18/5), Tontowi Ahmad mengundurk­an diri sebagai pebulu tangkis. Sebenarnya, sejak dua bulan terakhir, berita bakal mundurnya Owi, sapaan karib Tontowi Ahmad, sudah santer terdengar. Dia sudah hampir jarang bertandang ke Pelatnas Cipayung serta tak berangkat ke turnamen bergengsi All England.

Dari sisi usia, sebenarnya umur Owi belum bisa dikatakan uzur. Dengan usia 32 tahun, sebenarnya dia masih bisa bersaing di pentas internasio­nal. Memang, setelah berpisah dengan Liliyana Natsir, nama Owi sudah tak pernah naik ke podium. Masa kejayaanny­a seperti sudah lewat. Beberapa pebulu tangkis pernah dicoba dengannya.

Tak bisa dimungkiri, Owi/Butet, sapaan Liliyana, merupakans­alahsatupa­sangangand­acampuran yang terkuat, bukan hanya di Indonesia, tapi juga dunia.Kalipertam­adipasangk­an,keduanyala­ngsung bisamenjad­ijuara.Meskiawal”penemuan”pasangan itu juga sempat mengundang polemik.

Butet bersama pasangan sebelumnya, Nova Widianto, masih dianggap terkuat. Perak Olimpiade 2008 Beijing di Tiongkok menjadi bukti dan berada di posisi nomor satu dunia menjadi fakta yang tak terbantahk­an.

Hanya, usia Nova yang sudah berkepala tiga menjadi pertimbang­an utama. Untuk menentukan pasangan Owi, PP PBSI kala itu juga harus berpikir matang. Ada atlet putra lain yang pada 2010 sempat dicoba dengan Butet.

Namun, dengan pertimbang­an matang, PP PBSI lebih menjatuhka­n pilihan pada Owi. Pilihan yang tak salah. Keduanya mampu mengharumk­an nama Merah Putih di ajang internasio­nal. Gelar keduanya bisa dikatakan komplet. Juara dunia sudah diraih dua kali, yakni pada 2013 dan 2017. Turnamen perorangan yang sering disebut kejuaraan dunia tak resmi, All England, dimenangi dua tahun beruntun (2012-2013).

Sempat gagal meraih medali di Olimpiade 2012 London meski sudah menembus semifinal, Owi/ Butet membalasny­a dengan tuntas empat tahun berikutnya di Rio de Janeiro, Brasil. Sumbangan keduanya kembali menyambung­kan tradisi emas dari bulu tangkis di Olimpiade yang sempat terputus di London.

Namun, PP PBSI tak boleh larut dalam duka. Sebaliknya,mundurnyaO­wimenjadis­ebuahtanta­ngan besar. Mereka harus bekerja keras menciptaka­n Owi-Owibaru.Kitayakinp­astiIndone­siatetapak­an diseganida­nberjaya.Bukanhanya­dinomorgan­da campuran, tapi juga di empat nomor lainnya.

Dan, yang tak boleh terlupakan, selain emas Olimpiade, semangat itu diharapkan juga bisa mengembali­kan Piala Thomas dan Uber yang sudah lama tak diraih Indonesia. Di Piala Thomas, kali terakhir Indonesia menjadi juara pada 2001 dan Piala Uber pada 1996.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia