BI Tidak Ubah Suku Bunga Acuan
Suntikkan Likuiditas sampai Rp 583,5 T
JAKARTA, Jawa Pos – Bank Indonesia (BI) masih memprioritaskan stabilitas nilai tukar rupiah di tengah pandemi Covid-19. Karena itu, bank sentral mempertahankan suku bunga acuan 7-day (Reverse) Repo Rate sebesar 4,5 persen; suku bunga fasilitas simpanan 3,75 persen; dan fasilitas pinjaman 5,25 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa sebenarnya pemerintah bisa saja menurunkan suku bunga acuan. Sebab, tingkat inflasi pun rendah. Namun, di tengah ketidakpastian global seperti sekarang, BI tidak mau ambil risiko. BI tidak ingin tiba-tiba nilai tukar rupiah anjlok.
”Keputusan itu sudah disesuaikan dengan kondisi perekonomian global maupun domestik. BI melihat adanya ruang penurunan suku bunga, tapi kita perlu menjaga stabilitas nilai tukar,” ujarnya dalam telekonferensi hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI kemarin (19/5).
BI mencatat suku bunga perbankan terus turun. Bunga kredit turun 19 basis poin (bps) menjadi 10,17 persen. Bunga deposito turun 11 bps menjadi 5,9 persen. Penurunan suku bunga tersebut berdampak pada kenaikan pertumbuhan besaran moneter
narrow money (MI) dan broad money (M2). Masing-masing 15,5 persen year-on-year (YoY) dan 12,1 persen YoY.
’’Perkembangan kondusif tersebut dipengaruhi strategi BI dalam menjaga kecukupan likuitas,’’ tuturnya. Alumnus Iowa State University itu menambahkan, sejak awal 2020 sampai sekarang, BI telah menyuntikkan likuiditas ke pasar uang dan perbankan sebesar Rp 583,5 triliun.
Perry memastikan likuiditas di pasar uang dan perbankan cukup. Khususnya untuk restrukturisasi kredit perbankan bagi UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah). BI juga mendorong percepatan implementasi ekonomi dan keuangan digital. Caranya melalui kolaborasi bank dan fintech agar akses UMKM serta masyarakat kepada layanan ekonomi dan keuangan semakin lebar.
Sementara itu, Direktur Utama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Mirza Adityaswara mengungkapkan bahwa BI masih mempunyai ruang untuk memangkas suku bunga. Tepatnya, sampai 50 bps. Tetapi, tentu saja pemerintah harus bisa menjaga positive policy
rate tetap stabil. ”Sebab, kalau enggak positif, menanamkan uang di rupiah itu menjadi kurang
benefit, termakan inflasi,” ucapnya dalam webinar kemarin (19/5).
Di sisi lain, Ekonom Bank Danamon
Wisnu Wardana menilai kebijakan BI menunjukkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 2020 akan di bawah perkiraan saat ini yang 2,3 persen. ”Namun, pembuat kebijakan moneter juga mencatat kekhawatiran pertumbuhan global atas pandemi telah mereda. Sementara itu, volatilitas pasar yang signifikan telah melampauinya,” jelasnya.
Kemarin Kepala Kantor Perwakilan BI Jawa Timur (Jatim) Difi Ahmad Johansyah mengimbau agar masyarakat tidak menukar uang di pinggir jalan. ’’Ya sebaiknya menukar uang itu di kantor cabang,’’ tuturnya.