Jawa Pos

Butuh RS Khusus di Lima Wilayah

Agar Bisa Pisahkan Pasien Biasa dengan Yang Terkena Covid-19

-

SURABAYA, Jawa Pos − Belum ada rumah sakit (RS) khusus Covid-19 di Surabaya. Sementara itu, jumlah pasien berat dan kompleks yang harus ditangani para dokter makin meningkat dari hari ke hari.

”Yang ada sekarang cuma rumah sakit rujukan Covid-19. RS itu juga menangani pasien non-Covid-19,” ujar anggota Tim Pindai Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya dr Muhammad Shoifi dalam telekonfer­ensi dengan Komisi D DPRD Surabaya kemarin. Menurut dia, harus ada rumah sakit khusus yang hanya menerima pasien Covid-19

Mengapa begitu? Dia melihat angka kematian akibat Covid-19 di Surabaya sangat tinggi. Per 17 Mei, jumlahnya mencapai 11,5 persen. Angka itu melebihi tingkat kematian rata-rata nasional sebesar 6,5 persen.

Pasien Covid-19 yang ditangani dokter juga menunjukka­n gejala yang beraneka ragam. Ada yang tidak merasakan gejala sama sekali dan ada yang menunjukka­n gejala ringan. Mereka cukup dirawat di RS tipe D atau rumah sakit darurat yang sudah dibangun di asrama haji.

Namun, ada juga pasien yang mengalami gejala hingga sulit bernapas. Kalau sudah begitu, mereka digolongka­n pasien Covid-19 berat. Selain itu, ada pasien Covid-19 kompleks. Nah, penanganan mereka juga harus khusus. ”Misalnya, Covid-19 tapi patah tulang atau sedang mengandung. Itu ruang operasinya harus didesain khusus. Enggak pakai ruang operasi biasa,” kata dia.

Rumah sakit khusus itu tidak cukup satu. Namun, harus ada di lima wilayah Surabaya. Untuk wilayah timur, sudah ada RS Unair dan dr Soetomo. Sementara itu, Pemprov Jatim juga menyiapkan RS di Surabaya Utara, yaitu di Indrapura. ”Tinggal barat, selatan, dan pusat,” ujarnya.

Selain itu, rumah sakit nonpasien Covid-19 harus ditentukan. Keberadaan­nya sangat diperlukan. Tujuannya, penanganan penyakit non-Covid-19 juga bisa maksimal. Pasien non-Covid-19 harus dipisahkan. Bisa-bisa mereka yang tadinya berobat untuk penyakit non-Covid-19 malah tertular. Tentu mereka langsung dikelompok­kan sebagai pasien dengan penyakit kompleks. ”Kalau di RSUD dr Soetomo itu dibiarkan terus campur Covid19 dan non-Covid, nanti bisa jadi problem besar,” ujarnya.

Dalam telekonfer­ensi kemarin, ada juga dokter spesialis paru dari RSUD Soetomo dan Unair dr Arif Bakhtiari. Dia berhadapan langsung dengan pasien Covid19 setiap hari. Dia mengatakan, dalam sepekan terakhir jumlah pasien membeludak. ”Bahkan sempat heboh karena ada tempelan di pintu ruangan. Tidak dimungkiri, itu memang sedang penataan ruangan,” ujarnya.

RSUD dr Soetomo yang menjadi rujukan utama sudah overload. Banyak alih fungsi ruangan untuk menampung pasien Covid-19. Bahkan, ruang khusus stroke (R. Seruni) kini terpaksa digunakan untuk rawat inap tenaga kesehatan yang positif.

Ruang bersalin juga menjadi ruang isolasi. Itu dikhususka­n bagi pasien yang lebih stabil kondisinya. Salah satu ruangan di lantai 2 juga rencananya dialihfung­sikan. ”Kami tidak tahu penumpukan pasien akan berjalan,” ujar alumnus Universita­s Airlangga itu.

Arif sepakat dengan pernyataan ketua IDI Surabaya. Penanganan Covid-19 yang perlu dipelototi berada di hilir. Selama warga tidak menjalanka­n protokol pencegahan Covid-19, angka penularan sangat meningkat.

Yang berbahaya adalah saat rumah sakit tidak bisa lagi menampung pasien. Maka, korban akan berjatuhan.

Arif melihat PSBB tidak dijalankan dengan maksimal. Saat melintas di checkpoint, kendaraan yang ditumpangi tidak dicek. Hanya disemprot cairan disifektan.

Ketua Komisi D DPRD Surabaya Khusnul Khotimah memang sudah mengusulka­n adanya rumah sakit khusus itu. Menurut dia, pemkot dan pemprov harus bersinergi untuk mewujudkan­nya. ”Kita sebenarnya juga punya RS paru. Mungkin bisa dijadikan RS khusus Covid-19,” ujar politikus PDIP itu.

Menurut Khusnul, jika saran dari IDI tidak segera diwujudkan, dampaknya akan dirasakan di kemudian hari. Bukan hanya warga yang akan bertumbang­an, melainkan juga tenaga kesehatan.

Dia melihat RS khusus yang sudah dijalankan di Jakarta dianggap berhasil. Tak ada satu pun tenaga kesehatan yang terpapar. Sebab, protokol Covid19 bisa dijalankan secara akurat dan tepat sasaran. ”Kalau masih dicampur-campur seperti sekarang, pasti bahaya,” ujarnya.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia