Jawa Pos

Dapat Omongan Tak Enak, Selalu Wanti-Wanti Jaga Kesopanan

Ada tugas khusus yang diemban petugas puskesmas selama pandemi. Yaitu, melacak (tracing) orang di sekitar pasien positif Covid-19. Bukan pekerjaan mudah. Menguras energi, bertaruh nyawa, hingga makan hati. Namun, mereka pantang menyerah. DIMAS NUR APRIYAN

-

DOKTER Tatien Tjahjandar­i tak bisa menahan tawa saat menceritak­an bagaimana timnya melacak orang terdekat dari para pasien positif di wilayah Puskesmas Wiyung. Misalnya, kata Tatien, ada orang terdekat pasien positif menemui tim puskesmas dengan mengintip dari lubang kecil. ”Saya itu ya kasihan dan lucu juga begitu melihat tim dibegituka­n,” kenangnya, lantas tertawa kecil saat ditemui di Puskesmas Wiyung kemarin.

Dinas Kesehatan Surabaya mengirimka­n data terkait pasien Covid-19 ke puskesmas setiap hari. Nama-nama pasien selalu berubah setiap hari. Tim dari puskesmas bertugas untuk melacak orangorang terdekat dari pasien positif. Mereka menghampir­i alamat yang tertera di data.

Beberapa data memang harus ditelusuri lagi. Misalnya, informasi yang diberikan tidak menyebutka­n alamat dan nomor telepon keluarga pasien yang terinfeksi korona jenis baru. Kadang kala, alamat yang ada di data kedaluwars­a. Mereka sudah lama pindah.

Namun, tim harus telaten bekerja. Mereka akan melacaknya. Blusukan dari satu kampung ke kampung lain. Bertanya kepada tetanggate­tangganya ke mana orang tadi pindah tempat. Namun, jangan dibilang jawabannya lengkap

”Beberapa orang enggak mau jawab,” papar ibu dua anak itu.

Bagaimana jika pasien betulbetul pindah? Tatien menerangka­n, pihaknya akan melaporkan ke Dinas Kesehatan Surabaya. Dinas akan menindakla­njuti. Dengan demikian, pasien dan keluargany­a tetap terpantau di tempat yang baru. ”Demikian juga kalau pindah alamat kecamatan lain yang masih di Surabaya, kami laporkan ke dinas untuk dipindah pengawasan ke puskesmas sesuai alamat domisili baru,” jelasnya.

Tatien menyampaik­an, dirinya selalu mewanti-wanti untuk selalu berhati-hati dalam setiap pelacakan. Tatien meminta para petugas di lapangan menggunaka­n pendekatan yang halus. Mereka harus hati-hati. Jangan sampai kedatangan mereka malah membuat orang sekitar takut.

Dia mengakui, karakteris­tik masyarakat di wilayahnya berbedabed­a. Masyarakat dengan ekonomi kelas atas dan bawah memiliki cara penerimaan yang tak sama terhadap kehadiran tim puskesmas.

Banyak perumahan elite yang disambangi tim puskesmas. ”Masuk perumahan elite itu sulitnya minta ampun. Tapi, kami ikuti semua prosesnya. Diminta nitipin ID card, ini dan itu,” terangnya.

Tiba-tiba, Tatien berhenti bercerita. ”Ada yang lupa. Jadi, tim kami pernah mendatangi orang di rumah besar sekali. Dipencet bel enggak keluar-keluar. Akhirnya, kami pakai speaker yang besar, tapi dengan nada tetap sopan,” kenangnya, lalu tertawa. ’’Saya selalu mewanti-wanti kok. Harus tetap sopan, mau apa pun itu terjadi di lapangan,” tambahnya.

Lantas, apa yang dilakukan tim puskesmas saat pelacakan? Tatien menerangka­n, tim akan memeriksa orang-orang sekitar pasien positif hingga menawarkan bantuan permakanan. Tawaran pemberian wedang pokak dan telur serta isolasi di hotel juga tak lupa dikomunika­sikan.

Bagi yang tidak berkenan menerima tawaran-tawaran tersebut, Tatien tidak bisa memaksanya. Tatien menyatakan, pihaknya tidak bisa memaksa. Kalau tawaran itu diterima, tim puskesmas akan bantu. Mulai kirim telur dan pokak sampai permakanan. Makanan akan dikirim tim satgas dari kelurahan setempat.

Tatien mengatakan, sayangnya tak jarang ada orang yang bergonta-ganti pilihan. Misalnya, sudah mau diisolasi di hotel dan dibayari pemerintah. Tiba-tiba, sehari kemudian minta pulang karena tidak betah di hotel. Mereka pengin kembali ke rumah. ”Atau, ada juga yang bilang, besok enggak usah dikirim makanan lagi. Dilihat tetangga jadi enggak enak,” papar Tatien.

Omongan bernada tinggi acap kali juga didapatkan tim puskesmas saat pelacakan. Pengakuan sehat yang didapat dengan tanpa tes selalu diutarakan oleh orang-orang yang berada di data pelacakan. Padahal, kata Tatien, belum tentu terbebas dari virus Covid-19. Semua harus dibuktikan dengan tes. ”Dibilang, sudah pergi saja. Kami tidak butuh orang kesehatan, kami sehat. Mereka bilang begitu,” ucapnya.

Tatien dan tim puskesmas tak bisa bekerja sendirian. Dia bekerja beriringan dengan pihak kecamatan dan kelurahan. Menurut dokter kelahiran Madiun itu, hal tersebut bermanfaat untuk memantau aktivitas orang-orang yang masuk data pelacakan.

Sebab, mereka tak boleh keluar dari rumah selama 14 hari jika pernah berkontak dengan pasien positif. ”Kelurahan akan berkoordin­asi dengan RT atau RW setempat memantau bagaimana aktivitas orang-orang itu. Dengan begitu, mereka tidak bisa bohong,” paparnya.

Menurut dia, beberapa orang berusaha mengelabui dengan tetap beraktivit­as di luar rumah. Tatien menyatakan, hal itu sangat membahayak­an orang lain. ”Kalau sudah ada komunikasi dengan RT atau RW, bisa saling bantu untuk memantau kan,” imbuhnya.

Saat ini, Puskesmas Wiyung memiliki data terkait pasien positif hingga pasien dalam pengawasan (PDP) sebanyak 176 orang. Data itu campur. Bukan hanya PDP atau orang tanpa gejala (OTG).

Penerapan keselamata­n Covid19 ditegakkan di Puskesmas Wiyung. Pembatasan ruang komunikasi antarorang di ruang tunggu betul-betul diperhatik­an puskesmas. Dokter yang berdinas diarahkan untuk memeriksa pasien secukupnya. Misalnya, jika pasien tak dibutuhkan untuk membuka mulut, tidak perlu membuka mulut. Meminimalk­an persebaran Covid-19.

Ruang khusus manajemen data Covid-19 dipisahkan dengan ruang lainnya. Tim puskesmas yang menangani Covid-19 berbeda dengan pelayanan. ”Supaya bisa fokus juga. Yang pelayanan tetap melayani,” ujar Tatien.

Tatien selalu berpesan kepada seluruh timnya untuk tidak stres dengan pekerjaan. Harus fun dan enjoy. ”Semua dihadapi dengan senyuman dan tegar,” imbuhnya.

 ?? DIMAS NUR APRIYANTO/JAWA POS ?? UJUNG TOMBAK: Seorang petugas Puskesmas Wiyung sedang membagikan masker kepada warga. Dia mengenakan APD lengkap saat bertugas.
DIMAS NUR APRIYANTO/JAWA POS UJUNG TOMBAK: Seorang petugas Puskesmas Wiyung sedang membagikan masker kepada warga. Dia mengenakan APD lengkap saat bertugas.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia