Sebagian Pasien Klaster Pabrik Rokok Pulang
Kondisi Yang Masih Dirawat di RSHU Ringan
SURABAYA, Jawa Pos ‒ Rumah Sakit Husada Utama (RSHU) terus kedatangan pasien rujukan dari pemerintah kota (pemkot). Hingga kemarin (19/5), rumah sakit swasta tersebut merawat 194 pasien di ruang isolasi khusus (RIK). Sebanyak 168 pasien di antaranya terkonfirmasi positif Covid-19.
Direktur RSHU dr Didi Dewanto SpOG menyatakan, sebagian besar pasien yang dirawat inap saat ini berasal dari klaster pabrik rokok Sampoerna Rungkut. Total ada 65 orang. Sebelumnya, 13 pasien dipulangkan. ’’Hari ini (kemarin, Red) ada 17 pasien dari pabrik rokok yang dipulangkan. Sebab, hasil PCR (polymerase chain reaction) swab dua kali negatif,’’ katanya.
Hingga kini, lanjut Didi, 30 pasien dari klaster pabrik rokok Sampoerna sudah dipulangkan. Sisanya masih menjalani rawat inap hingga hasil PCR swab negatif. ’’Kondisinya rata-rata ringan,’’ ucapnya.
Didi menuturkan, hingga kemarin total ada 194 pasien yang masih dirawat di RIK. Sebanyak 168 di antaranya terkonfirmasi positif Covid-19. Sisanya masih menunggu hasil PCR swab. ’’Ada 19 pasien dalam kondisi sedang dan 8 pasien kondisi berat di ruang ICU (intensive care unit). Sisanya ringan,’’ ucapnya.
Didi menyebutkan, sejak bekerja sama dengan pemkot, pasien rujukan Covid-19 meningkat tajam di RSHU. Saat ini pihaknya menyediakan sekitar 200 tempat tidur yang berada di lantai 6, 7, 8, dan 9. Termasuk ruang ICU. Namun, fasilitas kasus pasien berat masih terbatas. Khususnya ketersediaan ventilator. ’’Kami kekurangan ventilator. Kami hanya punya 5 ventilator. Dua di antaranya rusak. Yang berfungsi hanya tiga,’’ paparnya.
Menurut Didi, pemkot berencana membantu tambahan 15 ventilator. Juga, alat PCR swab. Sebab, alat swab dan VTM (viral transport
medium) juga menipis. VTM sendiri merupakan media pembawa sampel lendir hidung dan tenggorokan pasien yang telah melalui uji swab. ’’Tetapi belum tahu kapan bantuan itu datang,’’ jelasnya.
Didi mengatakan, alat swab dan VTM yang dimiliki RSHU mulai menipis. Kemarin pihaknya mengirimkan 99 sampel swab ke Lembaga Penyakit Tropis (LPT) Universitas Airlangga (Unair) dan hanya mendapatkan VTM 48. ’’Seharusnya, kalau saya kirim 99 sampel swab, biasanya kembalinya juga dibawakan 99 VTM tersebut,’’ katanya.
Selain itu, kebutuhan alat pelindung diri (APD) juga terus meningkat seiring dengan tingginya pasien rawat inap. Khususnya, masker N-95. Sebab, penutup mulut dan hidung itu adalah salah satu APD yang wajib digunakan oleh tenaga kesahatan (nakes) dalam menangani pasien Covid-19. “Kami ingin nakes yang bertugas juga terlindungi dari terpaparnya Covid-19,” ujarnya.
Didi juga berharap mendapat bantuan robot asisten nakes, seperti di RS Univeritas Airlangga. Selain mengurangi resiko bagi tenaga kesehatan, robot juga mengurangi penggunaan APD.