Jawa Pos

Pasokan Melimpah, Si Pedas Turun Harga

Dijual Rp 20 Ribu Per Kilogram, Normalnya Rp 30 Ribu‒Rp 40 Ribu

-

SURABAYA, Jawa Pos ‒ Harga cabai rawit dan merah turun. Stok yang melimpah membuat harga cabai yang bisa melambung tinggi kini justru merosot menjelang Lebaran.

Saat ini harga cabai di pasaran di bawah Rp 23 ribu per kilogram. Bahkan, beberapa pasar menjualnya dengan harga di bawah Rp 20 ribu per kilogram. Patokan harga tersebut berlangsun­g sejak sebelum Ramadan.

Pedagang sayur Pasar Genteng Baru Muniri menjabarka­n, harga cabai turun sejak lama. Di lapaknya, kini harga cabai rawit dijual Rp 20 ribu per kilogram. Padahal, pada harga normal cabai rawit biasanya punya harga Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per kilogram. ’’Meski harga turun, pembeli juga tidak naik,’’ ucapnya kemarin (19/5). Sejak adanya pandemi, penjualan sayur dan kebutuhan pokok memang tidak begitu ramai. ’’Yang beli ada. Tapi, jumlahnya turun dibandingk­an biasanya,’’ lanjutnya.

Muniri tidak tahu penyebab turunnya harga cabai. Yang pasti, harga kebutuhan sayur dan bumbu memang turun di hampir semua jenis. Misalnya, cabai merah yang kini harganya tinggal Rp 20 ribu per kilogram. Padahal, biasanya harganya minimal Rp 40 ribu per kilogram. ’’Harga bawang putih juga turun,’’ jelasnya.

Siti Sholikah, pedagang di Pasar Pakis, mengatakan hal serupa. Bahkan, dia membeli cabai di pedagang besar saat ini tinggal Rp 15 ribu per kilogram. Harga cabai rawit dan cabai merah besar kini sama.

Kabid Distribusi Dinas Perdaganga­n (Disdag) Surabaya Trio Wahyu Bowo menjabarka­n, saat ini di pasaran memang ada penurunan harga cabai. Namun, penurunan belum merata. ’’Di beberapa pasar harganya masih stabil. Misalnya, di Pasar Genteng Baru, harga di disdag tercatat Rp 23 ribu per kilogram,’’ katanya.

Ditanya soal antisipasi menstabilk­an harga, Trio mengatakan bahwa saat ini disdag belum mengambil keputusan. Sebab, saat ini pihaknya belum melihat ada tren penurunan terusmener­us selama beberapa hari. Cabai juga sulit dikontrol karena harganya di pasaran sering fluktuatif. Karena itu, cabai tidak memiliki standar patokan harga eceran tertinggi (HET).

’’Tapi, kalau nanti turun terus, kami akan ambil tindakan,’’ jelasnya. Salah satunya membantu pedagang mendistrib­usikan cabai ke UKM dan rumah makan. ’’Dengan begitu, harga stabil. Tidak merugikan petani dan pedagang,’’ tambahnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia