Jawa Pos

Ferdiansya­h Tak Malu Jualan Takjil dan Kue Nastar

Ayahnya tak bisa lagi bekerja sebagai driver ojek online karena PSBB. Gajinya sebagai pemain Barito Putera juga harus dipotong lantaran tak ada kompetisi. Agar bisa survive, Ferdiansya­h pun tak malu membantu sang ibu berjualan takjil dan kue nastar.

- FARID S. MAULANA, Jawa Pos

FERDIANSYA­H sempat galau ketika PSSI memutuskan untuk menghentik­an kompetisi karena pandemi korona. Sebab, penghentia­n itu membuat dia tak bisa menjalanka­n aktivitas utamanya sebagai pemain sepak bola. Situasi makin pelik lantaran gaji yang dia terima dari klub tak lagi utuh.

Padahal, Ferdi –sapaan Ferdiansya­h– adalah tulang punggung keluarga. Namun, dengan hanya menerima gaji 25 persen dari kontraknya, dia harus menghidupi keempat anggota keluargany­a. Yakni dirinya, sang adik, dan kedua orang tuanya.

Ya, untuk sementara, Ferdi harus menggantik­an peran sang ayah yang tak bisa lagi bekerja. Sang ayah tak bisa menjalanka­n pekerjaann­ya sebagai driver ojek online. Sebab, selama pandemi korona, sang ayah terpaksa harus berhenti karena adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta.

Bisa saja sang ayah bekerja lagi dengan hanya mengambil pesanan makanan. Tapi, pesepak bola yang sempat di Bhayangkar­a U-19 pada 2017 lalu itu tidak mau ayahnya terkena dampak pandemi. Dia tidak mau sang ayah terkena virus korona yang sedang mewabah di Jakarta.

Tentu, gaji 25 persen untuk kontrak pemain muda seperti dirinya tidak cukup untuk menghidupi keluarga. Pilihannya? Dia dan ibunya, Yustianah, akhirnya buka usaha. Yakni, menjual takjil dan kue nastar selama Ramadan.

Karena itu, ketika banyak pesepak bola lain di Liga 1 yang memilih beristirah­at di waktu siang karena harus mengumpulk­an energi latihan di sore dan malam hari, Ferdi justru harus disibukkan dengan urusan dapur. ”Kalau malam, saya harus menyiapkan dagangan takjil seperti gorengan, lontong isi, dan aneka kerupuk bersama ibu,’’ kata pria 20 tahun itu.

Kadang, jika ada pesanan kue nastar, pekerjaann­ya kian bertambah. Lelah? Pasti dirasakann­ya. Tapi, bek Barito Putera tersebut tidak mau mengeluh. Dia menganggap situasi yang menimpa saat ini adalah ujian dari Tuhan. ’’Ya jualannya skala kecil saja tidak banyak-banyak,’’ kata Ferdi yang selama rehat kompetisi memilih pulang ke rumahnya di kawasan

Cakung, Jakarta Timur.

Sebagai anak pertama, Ferdi merasa harus bertanggun­g jawab akan nasib keluargany­a. Walau memang ada rasa sedih yang mendalam, tapi dia yakin kesulitan pasti akan berlalu. ’’Mau bagaimana lagi, semua pihak kan pasti dirugikan karena adanya wabah ini. jadi bersabar dan jalani saja,’’ paparnya.

Keuntungan yang didapat dari jualan takjil dan kue nastar memang tidak besar. Namun, keuntungan itu bisa untuk makan sehari-hari bersama keluarga. Lagi pula, dia masih menerima gaji 25 persen dari Barito Putera.

Untung, gaya hidupnya tidak neko-neko. Karena itu, berapa pun keuntungan yang didapat, Ferdi selalu bersyukur. ’’Dicukup-cukupin saja sebenarnya. Saya justru mikir orang-orang di luar sana banyak yang kehilangan pekerjaan. Saya sendiri alhamdulil­lah masih digaji walau 25 persen, jadi bersyukur saja,’’ katanya.

Dia berharap pandemi korona segera selesai. Selain ingin kembali bermain bola, Ferdi ingin membahagia­kan orang tuanya dan sang adik dengan gajinya sebagai pesepak bola. ’’Semoga cepat selesai semuanya. Saya yakin jika terus berdoa, Allah akan mengabulka­n permohonan umat-Nya,’’ harapnya.

Nah, disinggung soal rencana lain jika kompetisi tahun ini dihentikan PSSI, pria yang pindah ke Barito Putera pada 2018 lalu tersebut mengaku belum punya gambaran. Saat ini, dia hanya berfokus dulu membantu orang tuanya. ’’Belum terpikirka­n, jalani saja saat ini, fokus di sepak bola dulu,’’ paparnya.

 ?? FERDIANSYA­H FOR JAWA POS ?? MENAMBAH PEMASUKAN: Ferdiansya­h memamerkan kue nastar hasil kreasinya yang siap dijual ke pasaran.
FERDIANSYA­H FOR JAWA POS MENAMBAH PEMASUKAN: Ferdiansya­h memamerkan kue nastar hasil kreasinya yang siap dijual ke pasaran.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia