Jejak Samurai, Bercak Darah, dan Selembar Surat
Polisi Belum Pastikan Penyerang Mapolsek di Kalsel Terkait ISIS
Jawa Pos – Satu unit sepeda motor, sebuah jeriken berisi bensin, sebilah samurai, dan syal serta kartu pengenal terkait ISIS. Itulah beberapa barang bukti yang didapat dari pelaku penyerangan ke Mapolsek Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan (Kalsel), kemarin dini hari Wita.
Namun, Polres HSS maupun Polda Kalsel menolak memastikan apakah penyerang bernama Abdurrahman itu terkait dengan ISIS. ”Penyelidikan masih berlangsung,” kata Kapolres HSS AKBP Dedy Eka Jaya seraya menolak berkomentar lebih lanjut seperti dilansir Radar Banjarmasin.
Kabidhumas Polda Kalsel Kombespol M. Rifa’i juga tak berkomentar banyak soal kaitan pelaku penyerangan yang menewaskan seorang anggota polisi dan melukai satu personel lainnya itu dengan ISIS. ”Motifnya masih didalami,” kata Rifa’i kepada Jawa Pos.
Tim Inafis Polda Kalsel sudah diturunkan ke lokasi kejadian untuk mengidentifikasi dan memeriksa semua lokasi kejadian. Informasi yang didapat Radar Banjarmasin, di dalam mapolsek juga terlihat masih ada bercak darah. Sejak pagi sampai sekitar pukul 10.00 Wita kemarin, jalan di kawasan Mapolsek Daha Selatan juga ditutup. Karena itu, pengendara yang akan melintas terpaksa harus memutar arah dan melewati jalan lain.
Dari hasil penyelidikan, petugas menemukan selembar surat bertulis tangan yang ditemukan di lokasi kejadian dan sempat beredar di media sosial (medsos). Yang menandatangani Abdurrahman.
Dari informasi yang dihimpun Radar Banjarmasin, Abdurrahman yang berusia sekitar 19 tahun merupakan warga Desa Baruh Jaya, Kecamatan Daha Selatan, HSS. Sosoknya dikenal pendiam dan tidak terlalu berteman dengan warga sekitar. Dia juga diketahui pernah belajar di salah satu pondok pesantren (ponpes) di Kota Banjarbaru, tetapi tidak sampai selesai.
Saat kejadian tersebut, suasana dalam mapolsek terlihat gelap. Wardiani, salah seorang warga yang rumahnya tidak jauh dari mapolsek, pun tidak melihat persis wajah pelaku penyerangan yang diketahuinya hanya seorang diri. ”Karena pelaku membawa sajam jenis samurai, warga tidak ada yang berani masuk dan menolong anggota yang terluka parah,” kata Wardiani.
Penyerangan itu bermula pukul 02.15 kemarin Wita. Sebelum menyerang Mapolsek Daha Selatan, pelaku membakar mobil dinas patroli polsek setempat.
Brigadir Leo Nardo Latupapua yang tengah piket langsung keluar untuk mengecek. Terjadi keributan antara Leo Nardo dan pelaku. Tidak berselang lama, baru dua anggota piket lainnya, yaitu Brigadir Djoman Sahat Manik Raja dan Bripda M. Azmi, melihat keadaan Leo yang sudah mengalami luka bacok dan kemudian meninggal.
Abdurrahman lantas mengejar anggota tersebut dengan membawa samurai. Djoman sempat terkena sabetan samurai dan mengalami luka.
Dua anggota yang dikejar itu lari ke ruang intel dan binmas, lalu mengunci ruangan dari dalam, sambil meminta bantuan ke Polres HSS. Bantuan datang.
Abdurrahman ternyata bersembunyi di ruang unit reskrim polsek. Saat akan diamankan, pelaku tidak mau menyerah sehingga dilakukan tindakan tegas kepolisian. Nyawa pelaku tak terselamatkan meski sudah sempat dibawa ke rumah sakit.
Meninggalnya Leo Nardo Latupapua menjadi perhatian orang nomor satu di Polda Kalsel, Kapolda Irjen Pol Nico Afinta. ”Saya bersama Kapolda sudah melayat tadi, sekalian memberikan bantuan dan ikut berbelasungkawa,” tutur Dedy.
Sebagai penghargaan atas jasa almarhum dalam pengabdiannya kepada negara, Kapolri Jenderal Idham Azis memberikan penghargaan kenaikan pangkat luar biasa (KPLB) kepada Leo Nardo Latupapua. Dari brigadir menjadi bripka.