Gejos Jadi Tempat Rehab dan Observasi
Intensifkan Sosialisasi Hadapi New Normal
GRESIK, Jawa Pos – Gugus Tugas Covid-19 Gresik memang sudah bersiap-siap untuk memulai tatanan hidup baru (new normal). Namun, tentu juga akan tetap fokus pada pencegahan penularan Covid-19 dan penanganan pasien.
Update sampai Senin siang (1/6), kasus positif di Kabupaten Gresik tercatat sebanyak 173. Dari jumlah itu, 140 pasien masih dirawat. Sementara itu, pasien dalam pengawasan (PDP) yang juga masih dirawat sebanyak 105 orang.
Padahal, kapasitas 15 rumah sakit (RS) yang menjadi rujukan kasus Covid-19 di Kabupaten Gresik hanya mampu menampung 160 pasien. Jumlah itu pun sebetulnya sudah ditambah. Karena itu, tim gugus tugas Covid-19 mengkaji pemanfaatan Stadion Gelora Joko Samudro (Gejos) sebagai tempat observasi dan rehabilitasi.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Gresik drg Syaifuddin Ghozali memprediksi minggu depan ruangan di Gejos sudah siap. Nanti Gejos diharapkan bisa menampung 110 hingga 150
”Kami sudah koordinasi dengan dinas PUTR (pekerjaan umum dan tata ruang, Red) untuk penyediaan ruangan itu. Mungkin minggu depan sudah siap. Sementara ini kami menyiapkan peralatan dan sumber daya manusianya,” terang dia.
Gejos dikhususkan untuk menangani mereka yang positif Covid-19 tetapi tidak ada gejala maupun keluhan. Sedangkan yang menjalani perawatan di RS hanya pasien positif yang memiliki penyakit penyerta dan keluhan. Ghozali menyatakan, sebetulnya isolasi mandiri di rumah sejauh ini efektif karena bisa memperbaiki kondisi psikologis pasien. Tapi, di sejumlah wilayah, ternyata masih terjadi penolakan terhadap penderita Covid-19. ”Nah, itu yang menjadi pertimbangan Gejos dimanfaatkan,” ucap dia.
Sementara itu, Ketua Komisi IV DPRD Gresik Muhammad mengingatkan Pemkab Gresik agar melakukan refocusing anggaran penanganan Covid-19 untuk penerapan new normal. ”Fase ini harus jelas, apa saja yang akan dilakukan nanti. Termasuk dengan perincian anggaran untuk pertanggungjawabannya nanti,” ujar politikus PKB itu.
Muhammad menyebutkan, dari realokasi APBD 2020 sebesar Rp 290 miliar itu, belum dijelaskan secara terperinci kebutuhan untuk fase new normal tersebut. Yang tak kalah penting, dalam masa new normal nanti pemerintah perlu menggencarkan sosialisasi. Dengan demikian, masyarakat tahu betul dan bisa dijamin semua sesuai prosedur.
”Khususnya dalam hal pendidikan dan ekonomi. Jangan sampai terjadi ledakan angka positif setelah new normal karena kurangnya pemahaman protokol kesehatan selama masa new normal oleh masyarakat,” tandasnya.