Tes 700 Warga, 73 Reaktif
Pemkot Kejar Target Sepekan 10 Ribu Sampel
SURABAYA, Jawa Pos - Saban hari Pemkot Surabaya menggelar rapid test di berbagai titik. Kemarin uji cepat tersebut berlangsung di Taman 10 Nopember. Ratusan orang mengikuti upaya pencegahan Covid-19 tersebut.
Pendaftaran dibuka sejak pukul 07.00. Meski baru buka, sudah banyak warga yang menunggu untuk mengikuti rapid test tersebut. Alasan mereka, selain karena kesehatan, uji cepat itu diselenggarakan secara gratis.
Siapapun boleh ikut, baik penduduk asli Surabaya maupun yang berdomisili. Mereka tinggal datang dan melakukan pendaftaran. Syaratnya, cukup menyerahkan photocopy KTP dan nomor telepon yang aktif.
Mutiasari, salah seorang warga, menyatakan sudah datang sehari sebelumnya. Namun, saat itu dia datang terlalu siang. ”Kuotanya sudah habis, diberi tahu petugas untuk datang hari berikutnya saja. Sekarang datang lebih pagi,” tuturnya. Kedatangannya tidak sendiri. Dia mengajak kakak dan keponakannya. ”Biar yakin saja tidak tertular korona, apalagi di RT saya sudah ada yang terpapar,” kata warga Gading itu.
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya Irvan Widyanto menyatakan, rapid test masal itu menjadi salah satu upaya yang terus digiatkan di Surabaya. Saban hari dua lokasi tes diadakan. ”Nah, yang sekarang ini kami mendapat bantuan dari BIN,” katanya saat ditemui di lokasi kemarin.
Pihaknya menargetkan mampu melakukan pengujian terhadap 10 ribu warga dalam sepekan. Setiap hari tidak kurang 1.400–1.500 sampel dicek. ”Untuk capaian sekarang sudah 7.000-an di seluruh wilayah Surabaya. Kami sudah jalan selama lima hari,” papar kepalabadanpenanggulanganbencana (BPB) dan linmas tersebut.
Rapid test kemarin diikuti 700 peserta. Di antara jumlah itu, hasil 73 sampel reaktif. Mereka pun langsung diarahkan untuk menjalani swab test. Dalam pelayanan tersebut, sudah ada bilik khusus untuk pemeriksaan swab. Hari ini uji cepat masal berlangsung di Terminal Keputih mulai pukul 07.00.
Irvan menambahkan, pemilihan lokasi tes didasarkan pada klaster-klaster di sekitar lokasi. Hal itu juga merupakan bentuk jemput bola untuk pencegahan dini. ”Melalui tes ini, memang tujuannya agar warga tahu apakah mereka sudah terpapar atau tidak. Karena hasil yang reaktif belum tentu diisolasi,” katanya.