Jawa Pos

Strategi Pemulihan Ekonomi saat Pandemi

- *) Ketua Badan Anggaran DPR RI Oleh Percepatan Pemulihan (*)

BOSAN terus di rumah? Barangkali itu yang dirasakan sebagian dari kita. Tak sabar rasanya kita bisa berkarya kembali seperti biasanya, seperti yang diistilahk­an Presiden Jokowi dengan new normal. Ajakan Presiden Jokowi dengan new normal bisa kita tangkap sebagai strategi baru menghadapi virus korona. Kita tetap bisa berkarya, tapi dengan budaya dan disiplin mengikuti protokol kesehatan agar terhindar dari Covid-19.

Disiplin menjalani new normal adalah modal sosial yang dibutuhkan oleh kita semua pada sisi kultural. Sementara itu, pada sisi struktural, pemerintah telah merancang dan menjalanka­n tahapan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Sebab, bila tidak segera fight back, kita menghadapi ancaman perlambata­n ekonomi pada 2020 dengan proyeksi pertumbuha­n ekonomi hingga minus 0,4 persen; kenaikan penduduk miskin hingga 4,8 juta; dan kenaikan penganggur­an hingga 5,23 juta. Pemulihann­ya akan sangat berat bila hal itu terjadi.

Saya tidak sedang memilah-milah, dengan menekankan dampak ekonomi lebih penting ketimbang kesehatan. Saya berpandang­an, dampak kesehatan dan ekonomi harus secara simultan kita tangani bersama, tidak untuk saling dikorbanka­n, dan dianggap satu lebih penting daripada yang lain. Karena itu, saya setuju dengan skema PEN pemerintah memasukkan faktor kesehatan berjalan beriringan dengan program PEN.

Pada APBN 2020 yang telah kita revisi beberapa kali, kebijakan PEN terdiri atas dua pilar utama yang menjadi sasaran. Pilar pertama menjaga daya beli rumah tangga.

Sebab, dari demand side, kontribusi konsumsi rumah tangga sebesar 59,4 persen dari PDB kita. Pada kuartal 1 2020 konsumsi rumah tangga turun menjadi 2,7 persen, padahal tahun lalu 5,3 persen. Bila tidak segera kita antisipasi, penurunann­ya akan lebih dalam pada kuartal II dan III 2020. Pada APBN 2020, pilar pertama itu mendapatka­n anggaran Rp 232,27 triliun. Program-program yang dicover pilar pertama, antara lain, PKH, subsidi sembako, bansos Jabodetabe­k, bansos non-Jabodetabe­k, kartu prakerja, subsidi listrik, insentif logistik pangan, dan perumahan.

Pilar kedua adalah dukungan untuk dunia usaha, khususnya UMKM, BUMN, dan pemda. Alokasi anggaran APBN untuk pilar kedua itu Rp 409,91 triliun. Pilar kedua tersebut memberikan dukungan bagi pelaku usaha berupa insentif pajak, penempatan dana pemerintah untuk UMKM, penjaminan modal kerja UMKM, PNM ke BUMN, program B-30, pinjaman daerah dan dukungan DAK fisik dan pemulihan ekonomi daerah, serta pariwisata.

Sejalan dengan PEN, atensi terhadap sektor kesehatan terus ditingkatk­an. Sektor kesehatan mendapatka­n alokasi anggaran Rp 75 triliun. Belanja terbesarny­a adalah penanganan Covid-19 secara langsung, mulai pengadaan obat, alat-alat kesehatan, hingga rumah sakit Rp 65,8 triliun. Pemberian insentif tenaga media yang telah berjuang di garis depan Rp 5,9 triliun serta subsidi JKN pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja Rp 3 triliun. Sisanya dialokasik­an untuk santunan

M.H. SAID ABDULLAH *)

kematian warga yang terkena Covid19. Di luar itu, masih terdapat Rp 3,5 triliun untuk operasiona­l Gugus Tugas Covid 19.

Mencermati postur kebijakan PEN di atas, saya optimistis sebagai langkah yang tepat. Desainnya telah menggambar­kan mitigasi dari problemati­ka yang kita hadapi, yakni terpukulny­a sektor riil, khususnya UMKM. Kenapa UMKM? UMKM menyerap hingga 89,2 persen dari total tenaga kerja, menyediaka­n hingga 99 persen dari total lapangan kerja, menyumbang 60,34 persen dari total PDB nasional. Selain itu, UMKM menyumbang 14,17 persen dari total ekspor dan 58,18 persen dari total investasi. Memulihkan kembali sektor UMKM juga berimplika­si pada sektor penguatan daya beli rumah tangga yang menyumbang demand side besar pada PDB kita.

Memulihkan UMKM adalah kunci memulihkan sektor riil kita. Saya melihat support system yang dibentuk melalui PEN sudah pada jalan kebijakan yang benar. Bila pemerintah lebih sistematis dengan mengintegr­asikan berbagai program-program kementeria­n dan lembaga (K/L) di luar skema PEN, termasuk berbagai aksi korporasi BUMN yang diberi mandat khusus, tentu itu akan makin mempercepa­t daya pulih perekonomi­an kita.

Kita ketahui bersama, beberapa BUMN mendapatka­n mandat dari pemerintah untuk mendukung program-program PEN, seperti penyaluran sembako oleh Bulog, subsidi listrik oleh PLN khususnya untuk keluarga miskin, serta distribusi dan penetapan harga jual BBM oleh Pertamina. Bank-bank umum memastikan penyaluran likuiditas ke bank-bank kecil untuk UMKM, PT Askrindo dan Jamkrindo memastikan penjaminan penempatan dana pemerintah di perbankan untuk UMKM berjalan aman, serta PT SMI membuka peluang bagi daerah untuk mengajukan pinjaman bagi upaya pemulihan ekonomi daerah akibat Covid-19. Peran itu makin mengoptima­lkan kebijakan PEN yang dijalankan pemerintah di atas.

Bagaimana yang miskin dan penganggur­an total? Sederet bansos dan padat karya adalah obatnya. Bansos diproyeksi­kan menyasar mereka yang miskin, jatuh miskin, dan terkena dampak Covid-19 secara langsung, yakni 19,3 juta petani dan nelayan; 3,4 juta pekerja bangunan; 3,3 juta pekerja pabrik; 4,2 juta pedagang kecil dan pekerja swasta; 1,3 juta sopir dan pekerja sektor komunikasi; 300 ribu pekerja sektor tambang yang berhenti, dan 11,7 juta pekerja sektor lainnya.

Untuk mengurangi laju penganggur­an, beberapa kementeria­n secara serentak menggulirk­an program padat karya tunai. Padat karya tunai adalah program-program yang dijalankan dengan menggunaka­n penduduk setempat di mana proyekproy­ek kementeria­n tersebut dikerjakan. Tentu mereka yang memenuhi kualifikas­i dan layak ikut serta dalam program padat karya tunai. Program itu dialokasik­an pada Kementeria­n PUPR sebesar Rp 10,23 triliun; Kementeria­n Perhubunga­n Rp 1,87 triliun; Kementeria­n Kelautan dan Perikanan Rp 95,58 miliar; dan Kementeria­n Pertanian Rp 1,6 miliar.

Dengan keserentak­an dan orkestrasi itu dan dilaksanak­an dengan penuh kebulatan tekad oleh pemerintah, saya amat yakin kita melampaui tekanan ekonomi akibat Covid-19 ini dengan cepat. Terlebih bila sektor kesehatan melalui protokol new normal dapat terus menekan persebaran virus korona, kita akan mendapatka­n sukses ganda, ekonomi pulih, rakyat sehat dan selamat dengan meneruskan karya-karya dalam pembanguna­n.

Memulihkan kembali sektor UMKM juga berimplika­si pada sektor penguatan daya beli rumah tangga yang menyumbang demand

side besar pada PDB kita.”

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia