Jawa Pos

Kahar Mengisi Kesibukan di Kebun Cengkih Warisan

Kahar Kalu tidak terlalu pusing ketika Barito Putera memotong gajinya akibat pandemi korona. Dia juga tak stres karena aktivitas bermain bolanya terhenti. Sebab, dia punya pemasukan dan kesibukan lain di luar sepak bola.

- FARID S. MAULANA, Jawa Pos

JIKA dilihat sekilas, tak ada yang mengira Kahar Kalu adalah seorang pemain sepak bola. Terutama jika top scorer Liga 1 U-20 tahun lalu itu beraktivit­as di kebun cengkih. Misalnya, yang terlihat pada Sabtu lalu (30/5). Kahar hanya mengenakan kaus oblong yang dipenuhi bercak-bercak tanah, celana pendek, bucket hat biru yang sudah memudar, dan memegang sekop. Ya, saat itu Kahar tengah menggarap ladang cengkihnya di Bantaeng, Sulawesi Selatan.

Penampilan seperti itulah yang sering diperlihat­kan Kahar selama pandemi korona. Tepatnya setelah kompetisi Liga 1 dihentikan dan timnya, Barito Putera, meliburkan skuad hingga waktu yang belum ditentukan. ’’Sebelum jadi pemain bola, penampilan saya ya seperti ini,’’ kata Kahar.

Untuk sementara ini, Kahar harus beralih profesi menjadi tukang kebun. Dia menggarap ladang warisan sang ayah, Kalu, untuk menambah pemasukan selama pandemi korona. Maklum, sebagai pemain muda, gajinya yang dipotong di Barito Putera tidak akan cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Lelah? Sudah biasa. Untung, aktivitas yang dilakukann­ya bukan hal baru. Bahkan, ketika menginjak sekolah dasar, hidup di ladang menjadi aktivitas sehari-harinya.

Tidak heran jika dia cukup terampil ketika memainkan sekop untuk menggali tanah.

Dalam beberapa menit, sebuah lubang terbentuk. Dia pun memasukkan bibit cengkih plus pupuk dan menutupnya. Tak lupa sedikit disiram dengan air. ’’Beberapa bulan lagi tumbuh jadi batang, baru bisa dipetik hasilnya,’’ tuturnya.

Aktivitas berkebun itu dilakukan hampir setiap hari. Baik sekadar memantau kondisi cengkih maupun belajar memetik cengkih kepada beberapa tukang kebun senior di sekitarnya. ’’Saya kurang bisa memetik cengkih. Tidak bisa tahu mana yang bagus. Biasanya minta tolong orang, tapi mumpung sekarang libur saya belajar sekalian,’’ ujarnya.

Hasil dari cengkihnya tersebut lumayan. Tiap kali panen, setahun dua kali, 22 karung dihasilkan. Satu karung cengkih sekitar 100 kilogram. ’’Kalau ditanya penghasila­nnya berapa, tidak mesti. Harganya naik turun. Paling tidak lumayan lah untuk nambah pemasukan,’’ tutur pemain yang mengawali karir di tim PSM U-21 tersebut.

Kahar beruntung bisa mengelola kebun warisan sang ayah yang sudah tiada. Bagi dia, hasil dari cengkih bisa memperpanj­ang napas saat kompetisi berhenti. ’’Untungnya sejak dulu ayah selalungaj­ari saya. Alhamdulil­lah, bisa meneruskan,’’ katanya.

Jika tak ada pandemi, biasanya dia masuk ke kebun cengkih hanya ketika libur. Itu pun hanya menjadi mandor, tidak turun langsung seperti sekarang. ’’Kebanyakan kan bertanding, jadi harus dipegang orang. Sekarang saya pegang sendiri. Mumpung tidak ada kompetisi,’’ bebernya.

Selain itu, dengan kembali ke kebun, Kahar bisa meneruskan apa yang sudah diamanatka­n almarhum ayahnya. Yakni, menjaga warisan kebun itu agar bisa terus menghidupi keluarga. ’’Saya bersyukur saat ini. Banyak pengalaman yang saya dapat selama libur kompetisi. Bisa jadi Kahar yang dulu lagi, ingat dari mana saya berasal. Tidak tinggi hati dulu,’’ ungkapnya.

Namun, Kahar tetap menyimpan harapan agar kompetisi kembali berlanjut. ’’Kebetulan saya bersaudara sama Irfan Jaya (pemain Persebaya). Kami sama-sama sering ketemu dan ngobrol. Banyak ngomongin kompetisi gimana. Samasama berdoa semoga jalan lagi. Saya rindu main bola lagi,’’ harapnya.

 ?? KAHAR FOR JAWA POS ?? KEMBALI KE LADANG: Kahar Kalu saat memeriksa kebun cengkihnya di kawasan Bantaeng, Sulawesi Selatan.
KAHAR FOR JAWA POS KEMBALI KE LADANG: Kahar Kalu saat memeriksa kebun cengkihnya di kawasan Bantaeng, Sulawesi Selatan.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia