Jawa Pos

Seandainya Yang Rp 200 Miliar Itu Cair pun Tak Cukup Lagi

- ANDI ADE AGSA,

Di saat Stadion Andi Mattalatta menjadi ”kebun sayur”, satu per satu venue di kompleks Stadion Palaran mengalami kerusakan. Padahal, di Andi Mattalatta-lah PSM Makassar mengukir banyak prestasi. Di Palaran, bahkan klub setempat pun tak mau berkandang di stadion berbiaya hampir Rp 1 triliun itu.

2008: HARAPAN

Dengan stadion sepak bola berkapasit­as 67 ribu orang, single seat pula, ditambah tujuh venue lain dalam kompleks yang sama, Stadion Utama Palaran akan membawa

Kalimantan Timur (Kaltim) jadi ”ibu kota” baru olahraga di tanah air. Setidaknya jadi partner Jakarta untuk menghelat ajang-ajang internasio­nal yang dituanruma­hi Indonesia

Setidaknya tiga venue –akuatik, bisbol, dan bulu tangkis– menurut pengelola, sudah tak layak lagi. Bahkan, klub sepak bola lokal, Borneo FC, lebih memilih Stadion Segiri sebagai kandang di ajang Liga 1. Tak heran, dalam kurun 12 tahun setelah Palaran diresmikan, Kaltim sama sekali tak dilirik ketika Indonesia dipercaya menghelat SEA Games 2011 dan Asian Games 2018.

Kenyataan yang sungguh memunggung­i harapan. Padahal, harapan itu dibangun dengan biaya sekitar Rp 800 miliar. Dan, jadi pusat perhelatan PON 2008 yang dituanruma­hi Kaltim.

”Secara keseluruha­n fungsi stadion masih bisa dimanfaatk­an, tapi untuk berstandar nasional, apalagi internasio­nal, sudah tertinggal jauh. Sebab, seluruh venue pada umumnya rusak meski struktur maupun konstruksi bangunan masih bagus,” tutur Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelolaa­n Prasarana Olahraga Masbar kepada Samarinda Pos.

Cerita sedih dari Palaran, Samarinda, itu seperti mengamplif­ikasi kisah runyam serupa yang menguar dari Stadion Andi Mattalatta, Makassar. Stadion bersejarah, tempat PSM Makassar mencatat berbagai prestasi membanggak­an, yang kini berubah jadi ”kebun sayur”.

Padahal, baru tahun lalu, di stadion yang dibangun pada 1957 itu, ribuan suporter PSM berpesta saat tim kesayangan mereka menjuarai Piala Indonesia. Tapi, seperti dilaporkan Fajar Kamis pekan lalu (28/5), kini rumputnya saja setinggi lutut orang dewasa.

Di sisi lapangan ada tanaman kacang, sawi putih, kangkung, hingga mentimun. Yang dibatasi oleh tribun penonton dan pagar pembatas lapangan. Seandainya masih hidup, Ramang –sang legenda Makassar– pahlawan Indonesia saat menahan Uni Soviet 0-0 pada Olimpiade 1956, mungkin akan menangis.

”Daripada rumput jadi panjang, mending ditanami saja. Tidak merusak dan pastinya ada hasilnya,” kata Pak Bece, penjaga stadion yang sebelumnya dikenal dengan nama Mattoangin itu, kepada Fajar.

Yang ”menghubung­kan” Palaran dengan Mattoangin adalah minimnya perhatian. Pada 2015, Palaran sebenarnya sempat bernapas lega ketika berembus kabar akan ada gelontoran dana Rp 200 miliar untuk pembenahan.

Namun, lima tahun berlalu, kabar itu berembus entah ke mana. Yang pasti, menjauh dari stadion yang berada di kompleks seluas 88 hektare tersebut.

Alhasil, stadion sepak bola, gedung serbaguna, arena bulu tangkis, lapangan tenis, bisbol, GOR akuatik, dan venue panjat tebing pun merana. ”Contohnya kolam renang di GOR akuatik. Keramiknya banyak yang terangkat akibat getaran dari aktivitas penambanga­n, ditambah lalu lalang kendaraan besar di jalan lingkar stadion serta adanya pembanguna­n jalan tol Balikpapan–Samarinda,” kata Masbar.

Kerusakan, terang Masbar, bahkan tidak hanya terletak pada venue. Fasilitas lain seperti paving block yang merupakan badan jalan di area kompleks, jaringan eletrikal dan air, serta saluran parit dan gorong-gorong juga butuh pembenahan. ”Belum lagi pagar serta pemelihara­an lain seperti pemotongan rumput dan pemangkasa­n pohon juga perlu dilakukan secara menyeluruh,” papar Masbar.

Karena itu, Rp 200 miliar yang dijanjikan lima tahun lalu, seandainya pun jadi cair, tak cukup lagi. Harga-harga material serta kebutuhan lain telah melambung, ditambah dengan adanya kerusakan yang lebih besar akibat lambannya penanganan.

”Perlu ada tambahan 30 persen atau Rp 60 miliar untuk membenahi kompleks stadion ini,” kata Masbar.

Di Andi Mattalatta, harapan pembenahan bukannya tak ada. Konflik menahun antara YOSS (Yayasan Olahraga Sulawesi Selatan) dan Pemprov Sulsel telah berakhir. Pengelolaa­n hingga rencana menyulap markas PSM itu menjadi stadion bertaraf internasio­nal kini menjadi salah satu janji Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah.

Plt Kepala Badan Keuangan dan Aset Daerah Junaedi Bakri menjelaska­n, dari segi status, stadion tersebut memang kini menjadi salah satu aset pemprov. Untuk pemelihara­an, sama sekali tak ada hubunganny­a dengan PSM.

”Yang ada hubunganny­a itu YOSS. Sekarang kan belum dikerjakan dan belum dilelang. YOSS sementara ini masih berkantor di sana,” jelasnya.

Menyoal tanggung jawab pemelihara­an, Junaedi menegaskan, itu dikelola secara teknis oleh Dispora Sulsel. Meski demikian, proses itu masih dalam tahap perencanaa­n. ”Perencanaa­nnya itu dibuat di dispora,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Sulsel Andi Arwin Azis menerangka­n, ”kebun sayur” di Andi Mattalatta itu hal biasa. ”Lagian dari dulu juga sudah begitu karena memang sekarang stadion pun belum dikerjakan. Apalagi, saat ini event (pertanding­an) lagi tidak ada,” bebernya.

PSM terakhir menghelat pertanding­an di sana 15 Maret lalu, saat menjamu Barito Putera di Liga 1. Kapan dihelat laga lagi di sana? Tentu menunggu kompetisi berjalan lagi.

Juga, sudah pasti menunggu Stadion Andi Mattalatta dibenahi lagi. Agar rumput kembali standar. Agar kebun sayur segera dikembalik­an ke fungsi semula.

Itu harapannya, tentu saja. Mudah-mudahan beberapa tahun dari sekarang, Andi Mattalatta tak senasib dengan Palaran: harus menerima kenyataan yang memunggung­i harapan.

 ?? SAMARINDA POS ?? HARUS DIBENAHI: Salah satu sisi Stadion Palaran, Samarinda. Foto kanan, kebun sayur di sisi lapangan Stadion Andi Mattalatta, Makassar.
SAMARINDA POS HARUS DIBENAHI: Salah satu sisi Stadion Palaran, Samarinda. Foto kanan, kebun sayur di sisi lapangan Stadion Andi Mattalatta, Makassar.
 ?? FAJAR ??
FAJAR

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia