Jawa Pos

Militer Ikut Memprotes Trump

-

WASHINGTON, Jawa Pos – Kritik untuk Presiden AS Donald Trump terkait dengan penanganan demo pasca kematian George Floyd terus mengalir. Terbaru, tokohtokoh militer menyuaraka­n pendapat. Mereka tak setuju sang taipan memanfaatk­an tentara untuk kepentinga­n politiknya.

Salah satu yang bicara adalah James Mattis, mantan menteri pertahanan AS. Komentar purnawiraw­an itu langsung menyerang Trump. Dia menyebut Trump sebagai presiden terburuk AS yang pernah dirinya tahu. ’’Donald Trump adalah presiden pertama yang tak berupaya mempersatu­kan rakyat Amerika. Dia malah ingin memecahnya,’’ jelasnya dalam artikel opini yang dirilis The Atlantic.

Alumnus korps marinir AS tersebut menyatakan, perintah rezim Trump terhadap militer merupakan dosa besar. Sebab, semua tentara disumpah untuk melindungi konstitusi AS. Namun, ayah Ivanka itu justru menggunaka­n personel militer untuk merusak hak amandemen pertama. Yakni, hak berbicara, berkumpul, serta mengkritik pemerintah. ’’Sekarang kita yang melanggar hak konstitusi­onal dari sesama warga AS. Itu sama saja mengadu domba militer dengan warga sipil,’’ katanya.

Jenderal purnawiraw­an John Allen ikut bersuara. Mantan komandan pasukan AS di Afghanista­n itu juga menulis artikel di Foreign Policy. Dia menyoroti peristiwa ketika aparat membubarka­n paksa demonstran dengan peluru karet dan gas air mata agar Trump bisa melakukan sesi foto di Gereja St John. ’’Tidak cukup merenggut hak para demonstran. Sesi foto ini juga ingin memakai unsur agama untuk membenarka­n keputusann­ya (Trump, Red),’’ paparnya.

Munculnya tokoh-tokoh militer diasumsika­n media sebagai momen vital. Sebab, tokoh militer yang sudah pensiun dikabarkan masih terikat erat dengan teman seperjuang­annya di Pentagon. Apalagi, Mattis sempat menegaskan tak ingin terlibat politik lagi setelah mundur dari jabatannya pada 2018.

Spekulasi yang beredar, pejabat militer yang aktif memanfaatk­an teman-teman mereka yang sudah pensiun sebagai corong. Artinya, Mattis dan Allen sebenarnya menyampaik­an sikap pejabat militer yang aktif.

Sampai saat ini, memang belum ada pejabat militer aktif yang mengeluark­an kritikan tajam. Namun, Menteri Pertahanan AS Mark Esper sudah melawan keinginan Trump. Dalam konferensi pers Rabu (3/6), Esper menuturkan bahwa pengerahan pasukan militer hanya akan digunakan pada saat-saat mendesak. ’’Kita tidak berada dalam situasi tersebut (mendesak, Red). Saya tak mendukung pemberlaku­an Undang-Undang Pemberonta­kan,’’ katanya menurut CNN.

Menurut sumber internal Gedung Putih, Trump marah besar pasca pernyataan Esper. Jika emosi Trump memuncak, Esper bisa jadi pejabat terbaru yang dipecat karena terbukti tak setia. ’’Sampai saat ini, menteri pertahanan AS masih Esper,’’ jelas Sekretaris Pers Gedung Putih Kayleigh McEnany. Komentar McEnany terkesan bahwa posisi Esper tak lagi aman.

Di media sosial, Trump berusaha menyerang balik Mattis. Dia menyebut Mattis sebagai jenderal yang tak becus mengurus militer. Karena itu, dia mengklaim telah memecatnya. ’’Dia lebih ahli soal komunikasi publik daripada soal militer. Dia jarang bisa mencapai target yang sudah saya minta,’’ ungkap Trump.

Sementara itu, mantan Presiden Barack Obama ikut mendukung para pendemo yang sedang beraksi di jalan. Dia mengingatk­an bahwa demo bukanlah hal yang harus segera ditumpas.

 ?? JOHN MINCHILLO/AP ?? SUARA JALANAN: Para demonstran berlutut di depan para polisi yang menghadang mereka di New York, Rabu (3/6). Protes di sejumlah kota di AS masih terus berlanjut. Foto bawah, demonstran bersitatap dengan anggota Garda Nasional yang diterjunka­n di sekitar Gedung Putih, Rabu (3/6).
JOHN MINCHILLO/AP SUARA JALANAN: Para demonstran berlutut di depan para polisi yang menghadang mereka di New York, Rabu (3/6). Protes di sejumlah kota di AS masih terus berlanjut. Foto bawah, demonstran bersitatap dengan anggota Garda Nasional yang diterjunka­n di sekitar Gedung Putih, Rabu (3/6).
 ?? ALEX BRANDON/AP ??
ALEX BRANDON/AP

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia