Penderita Tertinggi Perempuan 45-54 Tahun
Angka Kematian Pasien Berusia di Atas 65 Tahun Capai 22,6 Persen
SURABAYA, Jawa Pos Tim gugus tugas dan Komisi D DPRD Surabaya membahas data persebaran Covid-19 selama tiga bulan di Surabaya. Penggolongannya berdasar usia dan jenis kelamin. Dari data itu terungkap, warga berusia 45–54 tahun paling banyak tertular.
Ada sejumlah kesimpulan lain yang didapat dari analisis data tersebut. Salah satunya, 73,07 persen pasien positif Covid-19 berusia lebih dari 35 tahun. Perempuan juga lebih banyak tertular.
Sementara itu, pasien dengan usia lebih dari 65 tahun memiliki tingkat kematian 22,6 persen. Angka kematian pasien Covid-19 rata-rata nasional di segala usia mencapai 6,01 persen.
’Semua fakta itu menjadi bahan pemkot untuk mengambil langkah selanjutnya. Warga juga bisa berkacaatasdatariilitu,’ kataKetuaKomisiDDPRD Surabaya Khusnul Khotimah kemarin (4/6).
Mereka yang berusia di atas 35 tahun juga harus lebih berhati-hati. Terutama yang memiliki penyakit penyerta
Lantas, apakah anak-anak muda bisalebihleluasaberaktivitas?Khusnul menganggap para pemuda justru harus lebih disiplin menjalankan protokolkesehatan.Sebab,487orang tanpa gejala (OTG) masih berusia muda. Saat membawa virus, para pemudatidakmenunjukkangejala apapun.Bahkanterlihatsehat.Para pembawa virus itulah yang justru sangatberbahaya.Pemerintahtidak bisamemutuspersebarannyakarena sulit terdeteksi.
Atas fakta tersebut, Khusnul menilai program belajar dari rumah harus diperpanjang. Tahun ajaran baru yang dimulai 13 Juli nanti juga harus dievaluasi. Pembelajaran bisa tetap bergulir sesuai dengan jadwal, tetapi murid tetap berada di rumah. ’’Apalagi anak SD. Mereka ini sudah kangen sama teman-temannya. Kalau ketemu, pasti pelukan,’’ ujar politikus PDIP tersebut.
Khusnul juga memiliki anak SD. Selama ini dia merasa kasihan melihat anaknya yang rindu sekolah. Para guru juga sudah mengeluh untuk menciptakan cara pembelajaran yang efektif dan tidak menjenuhkan. ’’Orang tua dan guru sudah kehabisan ide. Semua cara sudah dilakukan supaya murid tidak stres. Tapi, kondisinya memang memaksa tetap begitu,’’ jelas politikus dari dapil Surabaya II (Tambaksari,
Semampir, Kenjeran, dan Pabean Cantian) tersebut.
Warga dengan usia lanjut (lansia) lebih dari 65 tahun juga harus berhatihati. Sebab, sudah ada 331 lansia yang terkonfirmasi positif Covid-19. Sebanyak 75 orang telah meninggal. Artinya, tingkat kematiannya mencapai 22,6 persen. Karena itu, pemkot sudah membuat kebijakan agar para lansia tidak keluar rumah. Baik untukbekerjamaupunberaktivitas di luar ruangan.
Para lansia juga punya kebiasaan yang membahayakan mereka. Yakni, berbelanja di pasar tradisional. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya pada rapat bulan lalu menyatakan bahwa pasar tradisional menjadi klaster persebaran yang harus dipantau ketat. Setelah pasar, industri padat karya juga dianggap menjadi salah satu tempat dengan potensi penularan tinggi.
Tingginya angka persebaran di pasar juga sudah diantisipasi pemkot. Sudah banyak pedagang pasar yang mengikuti rapid test. Baik di pasar yang sudah terkonfirmasi ada pasien positif maupun tidak.
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya Irvan Widyanto menuturkan, para lansia memang harus lebih berhati-hati. Begitu pula anggota keluarganya. ’’Jangan sampai melanggar protokol, lalu menulari mereka yang lanjut usia,’’ tegas kepala badan penanggulangan bencana dan perlindungan masyarakat (BPB linmas) tersebut.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti mengapresiasi langkah pemkot yang mengadakan rapid test di berbagai titik. Namun, dia mendapati fakta bahwa warga yang dites tidak memperhatikan jarak. ’’Upaya memangkas persebaran ini bisa jadi bumerang,’’ ujarnya.
Dia berharap petugas yang berjaga di titik rapid test diperbanyak. Dengan begitu, warga yang sebenarnya sehat tidak tertular saat menjalani tes.