Angkutan Umum Mati Suri
MOJOKERTO, Jawa Pos – Perpanjangan larangan mudikbalik berimbas langsung terhadap aktivitas angkutan umum di Kota Mojokerto. Selain jumlah armada berkurang drastis, daya jangkau trayek menurun.
Sebelumnya, setelah pandemi Covid-19 berdampak luas sejak Maret, aktivitas moda angkutan umum di area kota mengalami penurunan. Aktivitas itu turun drastis saat Ramadan hingga Lebaran karena larangan mudik. Kondisi Terminal Kertajaya, Kota Mojokerto, sebagai pusat pertemuan angkutan umum pun sepi. Hanya ada segelintir angkutan umum yang beroperasi. Selebihnya, banyak yang dikandangkan. Juga ketika arus mudik-balik Lebaran tahun ini.
’’Sejak arus mudik hingga sekarang tidak ada lagi aktivitas pemudik maupun balik,’’ ungkap Kepala UPT DLLAJ Mojokerto Yoyok Krisyowahono kemarin (4/6). Dia menuturkan, perpanjangan larangan tersebut menambah sepi aktivitas angkutan umum hingga di Terminal Kertajaya.
Masa larangan arus mudik-balik Lebaran tahun ini sedianya berakhir pada 30 Mei. Lalu, pemerintah pusat memperpanjang larangan itu hingga 7 Juni. Yoyok menjelaskan, kendati aktivitas transportasi umum mati suri, tercatat segelintir moda transportasi tetap beroperasi. Misalnya, bus yang memiliki trayek nondaerah PSBB (pembatasan sosial berskala besar). ’’Itu seperti trayek ke Pasuruan. Itu pun hanya sebagian yang jalan. Sekitar 10–15 unit dari 70 unit kendaraan yang biasa beroperasi,’’ jelasnya.
Kendaraan pengangkut umum berkapasitas kecil itu juga menurunkan daya jangkau trayek. Contohnya, bus hijau trayek Mojokerto–Surabaya efektif berjalan dari Mojokerto hingga kawasan Krian, Sidoarjo, saja. Sebab, bus tidak dapat masuk ke kawasan Surabaya yang memberlakukan PSBB. ’’Bus kuning hanya sampai Japanan (perbatasan Pasuruan), lalu balik Mojokerto lagi,’’ kata dia.