Pangkas Anggaran Kepolisian
Tuntutan Pendemo di AS Berkembang
– George Floyd telah dimakamkan pada Sabtu (6/6) WIB. Namun, aksi unjuk rasa terus terjadi di hampir seluruh negara bagian Amerika Serikat (AS). Aksi solidaritas untuk menentang kekerasan dan rasisme juga terus meluas ke berbagai negara. Hanya, aksi kali ini tidak lagi diwarnai bentrokan dengan aparat keamanan.
Aksi protes di Washington DC Sabtu lalu lebih terkesan seperti festival. Musik mengentak keras di jalanan. Beberapa demonstran melakukan tarian spontan. Sejumlah orang membuat seni di jalanan dengan kapur yang mereka bawa.
Tidak ada yang membayangkan, di tempat yang sama, orang-orang tersebut terlibat dalam situasi tegang dengan aparat. Aksi kemarin memberi pesan yang lebih kuat. Puluhan ribu demonstran dari berbagai etnis ikut bergabung dalam aksi tersebut. Di depan barisan, kaum-kaum ras minoritaslah yang memimpin. Demonstran kulit putih menolak berkomentar karena ingin rekan minoritas lebih didengar. ’’Saya akhirnya bisa melihat semua ras beraksi,’’ kata Carl Sirls, pekerja maskapai 26 tahun, kepada
Pesan itu juga muncul di kota-kota lain. Misalnya, yang terlihat dalam aksi penyeberangan Golden Gate di San Francisco dan Brooklyn Bridge di Manhattan. Aksi tersebut dihadiri banyak etnis kulit putih. Pendemo kulit hitam seperti Roderick Sweeney pun menyambut baik. ’’Keluarga kami sempat mendiskusikan hal ini. Perubahan tak akan terjadi sampai saudara kulit putih ikut menyuarakan aspirasi mereka,’’ ungkap pria 49 tahun tersebut.
Aksi damai itu sampai membuat Wali Kota New York City Bill de Blasio mengakhiri jam malam kemarin (7/6). Awalnya, dia kukuh ingin memberlakukan jam malam hingga akhir pekan berakhir. Namun, dia kagum melihat demonstran yang tidak anarkistis. ’’Kemarin merupakan pemandangan terindah di kota. Besok (hari ini, Red) kita menyambut hari yang baru,’’ tuturnya.
Selain cara, tuntutan massa juga berubah. Tuntutan awal, yakni penindakan terhadap empat polisi yang menewaskan George Floyd, sudah dituruti. Kini penduduk AS meminta kebijakan keamanan publik diperbaiki.
Salah satu yang sedang hangat diperbincangkan adalah melemahkan institusi penegak hukum. Beberapa pihak mengusulkan anggaran polisi bisa dikurangi atau bahkan ditiadakan. Menurut mereka, sistem penegakan hukum yang agresif justru mengacaukan keadaan. Mereka mengusulkan anggaran itu bisa dialokasikan kepada petugas sosial, medis, dan psikolog untuk membantu kaum minoritas yang rentan terhadap kejahatan.
’’Lingkungan saya penuh ancaman kejahatan. Tapi, saya lebih takut menelepon polisi karena takut saya yang malah jadi sasaran,’’ ungkap Philip McHarris, peneliti dari Community Resource Hub for Safety and Accountability AS, kepada