Plus dan Minus Pembelajaran Jarak Jauh
PANDEMI Covid-19 memaksa pemerintah untuk mengambil berbagai kebijakan. Antara lain, pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Lalu, bekerja dari rumah (work from home). Juga pembelajaran jarak jauh (PJJ) online atau pembelajaran dari rumah melalui internet.
Sebenarnya, PJJ online bukanlah hal baru di dunia pendidikan. Banyak perguruan tinggi yang menawarkan kuliah online. Lembaga pendidikan nonformal menawarkan kursus online. Bahkan, Universitas Terbuka (UT) sudah puluhan tahun melaksanakan PJJ alias pembelajaran mandiri.
Bagi sekolah, perubahan itu terjadi begitu mendadak. Guru dan siswa yang biasanya bertatap muka tiba-tiba harus belajar jarak jauh. Tentu saja muncul berbagai dampak. Baik positif maupun negatif.
Bagaimana sisi positif pembelajaran jarak jauh? PJJ online itu dilakukan tanpa perlu bertemu langsung. Guru menjadi lebih melek teknologi. Sebelum PJJ online, sebagian guru mungkin belum kenal Ruang Guru, Edmodo, Google-Form, Google Classroom, Google Drive, Zoom, Kahoot, Quiziz, dan berbagai aplikasi pembelajaran online lain.
Siswa juga jadi lebih melek teknologi. Bisa jadi, sebelum PJJ online, siswa menggunakan internet hanya untuk bermain game, browsing, menonton YouTube, maupun bermedsos seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan lain-lain. Namun, sekarang mereka lebih mengenal berbagai aplikasi pembelajaran online.
Dampak positif lain, guru dan siswa lebih banyak berinteraksi dengan keluarga. Sejak PJJ online, harihari mereka lebih banyak dihabiskan di rumah. Interaksi keluarga yang lebih intens membawa dampak positif. Hubungan lebih dekat. Bisa salat berjamaah. Makan pagi-siang-malam bareng. Bercengkerama dan melakukan berbagai kegiatan bersama di rumah.
Seperti apa sisi negatif pembelajaran jarak jauh? PJJ online berbasis internet. Siswa yang kurang beruntung secara ekonomi tentu lebih memikirkan kebutuhan utama. Yaitu, pangan, sandang, dan papan. Jangankan berlangganan atau membeli paket internet, memenuhi kebutuhan sehari-hari di saat pandemi sudah terlalu berat. Banyak siswa yang tidak mampu melaksanakannya.
PJJ online memerlukan peranti pendukung. Misalnya komputer, laptop, ataupun smartphone. Banyak siswa yang tidak memilikinya. Seandainya di keluarga ada, mereka harus bergantian menggunakannya.
Banyak guru maupun siswa yang belum paham bagaimana mengoperasikan aplikasi pembelajaranonline. Mereka dipaksa, terpaksa. Tentu saja tidak semua guru dan siswa siap.
Dalam PJJ online, sulit sekali memonitor perilaku siswa. Kegiatan belajar virtual hanya dihadiri sebagian murid. Tugas-tugas yang harus dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu tidak terlaksana. Kuis-kuis online yang harus dikerjakan tidak digarap. Sehingga nilai siswa pun kosong. Di sisi lain, guru juga tidak bisa secara maksimal memberikan materi. Siswa tidak paham. Guru merasa terbebani jika materi tidak tuntas tersampaikan.
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial. Berbulan-bulan siswa tidak bisa bertemu, mengobrol, bercanda dengan teman-temannya. Memang mereka bisa ber-voice call, video call, maupun text messages. Tapi, tentu sensasinya berbeda.
Banyak keluhan yang dilaporkan ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Tugas terlalu banyak. Tidak sesuai level kelas siswa. Atau terlalu sulit dan sebagainya. Siswa SD, khususnya, mau tidak mau, banyak mengandalkan bantuan orang tua. Padahal, tidak semua melek teknologi. Anak stres belajar. Orang tua stres menghadapi pandemi. Padahal, salah satu faktor penurun imunitas justru stres.
Kesimpulannya, saat ini pembelajaran konvensional dengan pemanfaatan IT paling sesuai untuk guru dan siswa. Masalahnya, pandemi Covid-19 belum pasti kapan berakhir. Guru dan siswa harus siap menghadapi dan mampu beradaptasi dengan segala situasi. Guru harus mau dan mampu meningkatkan kualitas diri. Siswa harus meningkatkan motivasi. Sampai pembelajaran online berlangsung dengan baik. Percayalah, badai Covid-19 ini pasti berlalu. (*)
Para pendidik dan profesional lain yang ingin berbagi gagasan dipersilakan mengirim tulisan melalui e-mail educatorclub.jp@gmail.com. Diutamakan, tema Pendidikan di Era New Normal.