Lanjutkan Rapid dan Swab Masal di Puskesmas
SURABAYA, Jawa Pos – Masa tugas mobil laboratorium PCR bantuan dari Badan Intelijen Negara (BIN) di Surabaya berakhir kemarin (20/6). Sudah 22 hari mobil laboratorium tersebut membantu menguji sampel dari rapid test dan swab test yang secara masal dilakukan pemkot. Namun, hal itu tak menghentikan pemkot untuk melanjutkan rapid test dan swab test di hari-hari berikutnya.
Meski tak lagi diperkuat mobil laboratorium PCR, BIN tetap membantu dengan laboratorium PCR. Perlengkapan dan peralatan laboratorium tersebut punya kemampuan untuk menguji sekitar 400 sampel dalam sehari.
Peralatan laboratorium tersebut sementara memang masih ditempatkan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKL PP) Surabaya. Selanjutnya, peralatan segera ditempatkan di laboratorium kesehatan daerah (labkesda) milik Pemkot Surabaya
”Mudah-mudahan lab kami segera siap. Karena kalau itu terjadi, kami bisa lakukan tiga sif. Selama ini BBTKL itu staf terbatas, jadi hanya dua sif,” ujar Risma setelah meninjau rapid test masal di dekat Lapangan Hoki di Jalan Dharmawangsa kemarin siang (20/6).
Risma mengungkapkan, dirinya sebenarnya sudah membuat surat kepada Kepala BIN Budi Gunawan agar rapid dan swab masal bantuan BIN itu bisa diperpanjang hingga 30 Juni. Tapi, ternyata hanya diperbolehkan hingga kemarin. Selanjutnya, pemkot akan mengerahkan aset untuk tes masal.
Di Surabaya ada 63 puskesmas dan dua rumah sakit daerah yang akan digerakkan untuk menggelar rapid dan swab test. Selain itu, pemkot bekerja sama dengan rumah sakit rujukan lainnya untuk menggelar tes-tes tersebut.
Pel acakan kontak erat pasien Covid - 19 tersebut memang menjadi salah satu cara untuk m em utus mata rantai persebaran Covid-19. Tracing kontak erat itu dilakukan dengan cara melacak ke mana saja pasien tersebut dalam 14 hari terakhir dan bertemu siapa saja. Kadang pasien tersebut lupa sudah bertemu siapa saja.
Dengan begitu, peran rapid dan swab test masal itu menjadi penting. Sebab, lebih banyak kasus orang tanpa gejala( OTG) yang ter konfirmasi positif. ”Kalau lihat trennya mulai turun. Kalau dulu di awal memang tinggi sekali,” ungkap dia.
Sementara itu, Staf Ahli Kepala BIN Mayjen Dr Suyanto mengungkapkan bahwa selama beroperasi di Surabaya, sudah diselenggarakan rapid test di 23 lokasi di titik zona merah di Surabaya. Lokasi-lokasi yang dituju adalah rekomendasi dari Dinas Kesehatan Surabaya.
”Mudah-mudahan apa yang dilakukan bisa memutus mata rantai yang ada di Surabaya. Semoga nanti hasilnya bisa ditracing kalau yang terpapar positif,” jelasnya.