Dari Coretan Iseng Menjadi Seni Doodle
SURABAYA, Jawa Pos – Kebiasaan mencoretcoret sambil menunggu sesuatu bagi Agus ”Koecink” Sukamto merupakan cikal bakal membuat sebuah seni. Dari coret-coret iseng itu juga, bisa dihasilkan seni rupa yang biasa disebut doodle art. Dari kebiasaan yang sepele itu, kemarin sore (27/6) Agus mengajak anakanak hingga orang dewasa menggambar doodle bersama secara daring.
”Nggak boleh takut untuk mencoret,” ujar Agus sembari mengajak para peserta dalam acara daring Intuitive Doodle Art yang digelar House of Sampoerna lewat aplikasi online meeting. Pria alumnus Jurusan Seni Rupa STKW itu juga menjelaskan, sebenarnya doodle art tidak harus memiliki arti alias bisa abstrak. Namun, dia mengungkapkan, biasanya doodle akan lebih menonjolkan perasaan si pembuat.
Sore itu pun total lebih dari 50 peserta bergabung dalam acara membuat doodle dan diskusi seni soal doodle. Lewat layar digital, mereka terlihat sudah siap. Tidak perlu menunggu lama, Agus memulai workshop-nya. Mula-mula dia mengajarkan pola-pola yang bisa dibentuk dari sebuah garis atau bentuk. Mulai segi tiga, lingkaran, hingga persegi.
Karena doodle kali ini mengusung tema Happy, dia menambahkan berbagai ekspresi wajah dalam setiap bentuk. ”Nah, kalau kita sudah bisa mengembangkan gambar dari garis atau bentuk-bentuk ini, kita bisa membuat gambar yang lebih berdekatan lagi. Jadi, bisa kelihatan penuh,” ujarnya.
Para peserta pun dibebaskan sekreatif mereka. Sebab, gambar apa pun ternyata bisa dijadikan doodle. ”Karena doodle ini perkembangannya luas. Ada doodle fantasy,
grafiti, animasi, pattern, sampai floral,” tambahnya. Yang terpenting, gaya saat mencoret tidak boleh takut-takut.
Jika ditekuni, doodle pun bisa menjadi seni yang dapat dinikmati. Karakter setiap pembuat juga akan muncul dengan sendirinya. ”Saya sendiri untuk menemukan ciri khas butuh waktu cukup lama. Pokoknya, eksplorasi tak pernah berhenti. Juga tetap konsisten dengan mengembangkan garis,” ujarnya.