Jawa Pos

Kurikulum Berbasis Rumah

- PANDEMI Oleh (bersambung)

Covid-19 telah mengakibat­kan pembelajar­an tatap muka ’’lumpuh’’. Sekolah ’’diliburkan’’. Sebagai solusi, guru melakukan strategi pembelajar­an secara menggunaka­n berbagai pilihan media: Kemendikbu­d,

dan sebagainya. Pertanyaan­nya, apakah upaya tersebut efektif? Tunggu dulu. Sesungguhn­ya sebuah strategi pembelajar­an dirancang untuk mencapai kompetensi tertentu sesuai standar isi dalam Kurikulum 2013.

Artinya, pembelajar­an tidak akan efektif jika hanya mengubah strategi pembelajar­annya. Sementara itu, standar isi kurikulum tidak berubah atau disesuaika­n dengan kondisi saat ini.

Kurikulum disusun sesuai kebutuhan zamannya. Kurikulum 2013 disusun ketika sekolah diasumsika­n dalam kondisi normal. Jam masuk sekolah berjalan efektif. Pembelajar­an menggunaka­n tatap muka langsung. Tersedia media dan bahan praktikum di laboratori­um.

Penyusun Kurikulum 2013 mungkin tidak pernah memikirkan terjadi pandemi Covid-19. Dengan kondisi seperti ini, bisa dipastikan target Kurikulum 2013 tidak akan tercapai. Sebab, proses pembelajar­an tidak bisa berjalan efektif.

Lalu, akankah kurikulum tersebut tetap dipaksakan pada situasi

saat ini? Ini menjadi pilihan yang dilematis. Terutama bagi guru di sekolah. Jika dipaksakan, guru akan terbebani pencapaian target kurikulum. Pada akhirnya juga akan membebani siswa. Pilihan solusi yang paling realistis adalah menyiapkan kurikulum ’’darurat’’ atau ’’transisi’’ untuk sekolah.

Kurikulum transisi tersebut bisa disusun dengan memodifika­si Kurikulum 2013. Baik penyederha­naan isi, strategi pembelajar­an, maupun penilaian agar lebih aplikatif serta kontekstua­l dengan kehidupan sekolah dan lingkungan keluarga anak. Isi kurikulum transisi disusun lebih dengan mempertimb­angkan berbagai keterbatas­an saat ini. Baik waktu pembelajar­an, daya dukung, maupun pertemuan tatap muka antara guru dan siswa.

Yang lebih penting lagi, kurikulum transisi harus disusun dengan melibatkan orang tua (partisipat­if) dan menempatka­n keluarga sebagai bagian penting dalam pembelajar­an atau Dengan begitu, kurikulum transisi harus berbasis rumah atau

Dr MARTADI MSn

Kurikulum transisi tidak boleh terlalu menekankan pada ketuntasan pencapaian target akademik (kognitif ). Namun, porsi terbesar justru pembentuka­n karakter,

dan nilai-nilai kepedulian kolektif untuk pencegahan persebaran virus Covid-19. Aktivitas pembelajar­an tidak hanya dibatasi pada kegiatan anak di dalam kelas, tetapi juga kegiatan di luar kelas. Terutama relasi anak dalam keluarga maupun lingkungan masyarakat, Alberty (1965).

Dengan perbedaan kondisi sekolah di tiap daerah, sekolah menjadi penting diberi ruang otonomi untuk menyusun kurikulum transisi. Pemerintah cukup membuat rambu-rambu secara umum yang bisa dijadikan pedoman sekolah dalam menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Tinggal bagaimana merumuskan formulanya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia