Perajin Sepatu Sekolah Terancam Gulung Tikar
MOJOKERTO, Jawa Pos – Dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19 semakin menjepit kehidupan masyarakat bawah. Tak terkecuali industri rumahan. Misalnya, perajin sepatu di lingkungan Kedungmulang, Kelurahan Surodinawan, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto. Mereka terancam gulung tikar jika sekolah daring dan bekerja dari rumah (WFH) terus berlanjut. Sebab, produk terbesar mereka adalah sepatu sekolah dan kantor.
Salah seorang perajin, Mat Arim, menyatakan, sekitar tiga bulan industri rumahannya macet total lantaran tidak ada pembeli. Hal itu terjadi menyusul sekolah yang tidak menerapkan belajar-mengajar dengan tatap muka. Namun, belakangan ini mulai ada pesanan meski jumlahnya sangat minim. ’’Itu pun hanya bentuk pesanan. Kalu tidak ada pesanan, ya tidak produksi lagi. Seperti sekarang ini,’’ ucapnya kemarin.
Menurut dia, kondisi seperti itu membuat sejumlah perajin sepatu terancam gulung tikar. Bagaimana tidak, hingga hari ini belum ada kejelasan kapan sekolah kembali melaksanakan kegiatan belajar-mengajar dengan tatap muka. Sementara itu, tak dimungkiri selalu ada kebutuhan biaya hidup. Untung, dia masih punya sedikit tabungan belanja kebutuhan keluarga. ’’Di lingkungan Kedungmulang ini ada sekitar 10 perajin. Semuanya mengalami hal yang sama. Jika kondisinya terus seperti ini, pastinya akan tutup,’’ katanya.
Kalaupun tempat produksinya dialihfungsikan, dia bingung akan dijadikan produksi apa. Sebab, saat ini semua sektor ekonomi melemah. Sementara itu, pemulihannya membutuhkan waktu yang lama. ’’Beralih (menjadi usaha) apa? Semuanya kena imbas.
Hal senada diungkapkan tukang sablon sepatu, Abdul Kholiq. Diliburkannya sejumlah sekolah sangat berpengaruh terhadap penghasilan sehari-harinya. Sebab, jika perajin sepatu sepi pembeli, otomatis pekerjaannya mengalami hal yang sama. ’’Saya kan nyablon kemasan sepatu. Kalau perajin sepatu sepi, saya sepi juga,’’ keluhnya.