Jawa Pos

Terkubur Lumpur saat Menambang Giok

-

HPAKANT, Jawa Pos – ’’Lari..Lari...’’ Maung Khaing mendengar teriakan tersebut saat menambang batu giok di Hpakant, Myanmar, kemarin (2/7). Sekilas dia melihat tumpukan sampah di atas bukit akan longsor. Pria 38 tahun itu langsung lari menyelamat­kan diri.

Khaing selamat. Namun, tidak dengan ratusan temannya.

”Dalam satu menit, semua orang di bawah bukit menghilang. Saya merasa hati saya kosong,’’ ujar dia seperti dikutip Agence FrancePres­se

J

Saat itu beberapa orang masih hidup dan meminta tolong. Tapi, Khaing dan mereka yang selamat lainnya tak bisa berbuat banyak. Sebab, yang longsor adalah lumpur. Total 162 orang dipastikan meninggal dunia dan jenazahnya dapat dievakuasi.

Jumlah itu bisa terus bertambah karena proses evakuasi masih terhenti karena hujan. Sedangkan korban selamat yang dibawa ke rumah sakit sebanyak 54 orang.

Sejatinya sehari sebelumnya pemerintah setempat sudah memberikan peringatan kepada penduduk. Mereka diminta tidak pergi menambang di musim hujan. Namun, sebagian penambang memilih tetap berangkat. Apa yang ditakutkan akhirnya menjadi kenyataan.

’’Mereka tersapu gelombang lumpur.’’ Demikian bunyi pernyataan Departemen Pemadam Kebakaran Myanmar. Masih ada sekitar 100 orang yang hilang dan dalam proses pencarian.

Bisnis batu giok itu sangat terkenal di Myanmar. Mereka biasanya mengirimka­nnya secara ilegal ke Tiongkok.

Penambanga­n biasanya dilakukan diam-diam dan langsung diselundup­kan ke Negeri Panda. Operatorny­a adalah para jenderal junta militer Myanmar. Mayoritas hasil penjualan masuk ke kantong mereka. Sebaliknya, para penambang tetap miskin.

Hanna Hindstrom dari Global Witness menegaskan bahwa kecelakaan itu seharusnya bisa dicegah. Tentunya dengan menghentik­an penambanga­n yang tidak memperhati­kan dampak lingkungan. Terlebih, itu bukan kejadian yang pertama.

Insiden longsor dan menewaskan penambang tersebut terjadi hampir setiap tahun. Pada 2015 kejadian serupa di wilayah yang sama merenggut 113 nyawa. Saat itu longsor terjadi saat para pekerja tambang sedang tidur. Sedangkan tahun lalu 50 orang meninggal.

Sekitar 70 persen giok dunia dihasilkan di Myanmar. Penambanga­n yang terbesar ada di Hpakant. Batu giok itu diyakini sebagai ekspor Myanmar yang paling menguntung­kan.

Sebab, permintaan dari negara tetanggany­a, Tiongkok, tidak pernah berhenti mengalir. Global

Witness memperkira­kan, pada 2014 industri itu menghasilk­an sekitar USD 31 miliar atau setara dengan Rp 444,8 triliun. Itu setara dengan hampir separo PDB Myanmar di tahun yang sama.

Hasil pasti dari penambanga­n tersebut tidak pernah diketahui. Tapi, diperkirak­an jauh lebih besar lagi. Pemerintah setempat tidak membuat aturan ketat terkait penambanga­n. Itu menyebabka­n banyaknya korupsi yang terjadi. Banyak hasil tambang yang diperkirak­an masuk ke kantong junta militer Myanmar.

Natural Resource Governance Institute menyebut sektor tambang giok di Myanmar sebagai yang tersuram di dunia. Prostitusi dan kecanduan obat sudah menjadi hal biasa di komunitas penambanga­n.

Kachin sudah bertahun-tahun berjuang menangani masalah kecanduan tersebut. Itu karena banyak pemuda yang akhirnya menjadi pemakai narkoba. Dalam laporan Departemen Luar Negeri AS 2018 disebutkan bahwa para penambang di Kachin dipekerjak­an secara paksa.

 ?? ZAW MOE HTET/AFP ??
ZAW MOE HTET/AFP
 ?? ZAW MOE HTET/AFP ?? EVAKUASI RUMIT: Tim SAR menggotong jasad penambang yang tertimbun lumpur di area pertambang­an batu giok di Kota Hpakant, Negara Bagian Kachin, Myanmar, kemarin (2/7). Foto kanan, seorang perempuan menangisi kerabatnya yang turut menjadi korban.
ZAW MOE HTET/AFP EVAKUASI RUMIT: Tim SAR menggotong jasad penambang yang tertimbun lumpur di area pertambang­an batu giok di Kota Hpakant, Negara Bagian Kachin, Myanmar, kemarin (2/7). Foto kanan, seorang perempuan menangisi kerabatnya yang turut menjadi korban.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia