Konektivisme Landasan Pembelajaran Era New Normal
KEBERHASILAN seorang siswa dalam pembelajaran dalam jaringan (daring) tidak lepas dari faktor-faktor konten, keterampilan guru, serta rasa ingin tahu mereka. Faktor penting lainnya adalah kemampuan awal atau kesiapan siswa sendiri. Perbedaan kemampuan awal seorang siswa berpengaruh terhadap hasil belajar yang mereka jalani.
Faktor lain yang sering berpengaruh dalam pembelajaran daring adalah keterlibatan siswa. Mengapa? Kegagalan siswa ketika berpartisipasi dalam pembelajaran daring sering terjadi karena kurangnya konsistensi dan keterlibatan siswa. Frekuensi keterlibatan siswa menentukan keberhasilan belajar.
Selain itu, faktor-faktor ketersediaan peranti teknologi informasi, kemandirian belajar, motivasi, minat belajar, dan desain sistem pembelajaran. Keterlibatan siswa diawali dari kemampuan guru mengajak berpartisipasi. Bisa berupa tanya jawab maupun tanggapan. Itu memastikan siswa tetap aktif menyimak dan memahami yang disampaikan pengajar.
Keterlibatan siswa bisa secara perilaku, emosional, dan kognitif. Penggabungan tiga subkonstruk tersebut secara dinamis saling terkait. Keterlibatan perilaku adalah perhatian dan upaya siswa berpartisipasi pada proses pembelajaran. Terlibat langsung objek pembelajaran. Memiliki keberanian dalam mengajukan pertanyaan di depan umum. Juga, waktu yang dihabiskan dalam mengakses sumber belajar.
Keterlibatan kognitif mencakup fokus, elaborasi, selfregulated interest, dan investasi psikologis dalam pembelajaran. Kecemasan, kebosanan, kebahagiaan, minat, gairah, dan interaksi antarsiswa merupakan representasi keterlibatan emosional. Praktik pembelajaran yang inovatif dan bahan ajar yang menarik bisa memengaruhi keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang dimediasi dengan teknologi.
Ada penelitian tentang dampak media sosial terhadap partisipasi belajar siswa. Misalya, Facebook dan Twitter. Penerapan teknologi yang berkualitas dan motivasi serta self-efficacy meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar. Semua akhirnya berdampak pada hasil belajar. Dari sisi emosional siswa, computer self-efficacy pada siswa juga berdampak positif pada keterlibatan dalam pembelajaran daring.
Dibutuhkan strategi pembelajaran tertentu. Guru dan desainer pembelajaran mampu memosisikan siswa sebagai active learners. Siswa diberi kesempatan mengembangkan pengetahuan diri mereka sebelumnya. Harus memiliki landasan teori yang cocok. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran daring mungkin lebih optimal daripada pembelajaran tatap muka. Sebab, siswa memiliki lebih banyak cara berinteraksi dengan beragam sumber belajar.
Salah satu teori pembelajaran yang akhir-akhir ini diajukan para teknolog pembelajaran adalah teori konektivisme. Teori konektivisme cocok digunakan sebagai landasan untuk mendesain pembelajaran di era new normal. Teori tersebut menekankan bagaimana teknologi internet seperti browser web, mesin pencari, vico, forum diskusi online, dan jejaring sosial banyak berkontribusi.
Teknologi telah memungkinkan belajar dan berbagi informasi di World Wide Web. Cara yang tidak mungkin dilakukan sebelum era digital. Belajar tidak hanya terjadi dalam diri seseorang, tetapi juga di dalam dan di seluruh jaringan.
Ada beberapa prinsip utama teori kognitivisme. Pertama, pembelajaran merupakan suatu proses yang menghubungkan beberapa sumber informasi. Kedua, mendorong dan memelihara hubungan untuk memfasilitasi terjadinya pembelajaran berkelanjutan. Ketiga, kemutakhiran dan keakuratan pengetahuan merupakan tujuan pembelajaran. Keempat, dapat memilah, memilih, dan mengelola informasi untuk menentukan pengambilan suatu keputusan belajar. Bagaimana pandangan Anda!
Guru Besar Prodi Teknologi Pendidikan Unesa