Jawa Pos

Konektivis­me Landasan Pembelajar­an Era New Normal

- Oleh Prof MUSTAJI (*)

KEBERHASIL­AN seorang siswa dalam pembelajar­an dalam jaringan (daring) tidak lepas dari faktor-faktor konten, keterampil­an guru, serta rasa ingin tahu mereka. Faktor penting lainnya adalah kemampuan awal atau kesiapan siswa sendiri. Perbedaan kemampuan awal seorang siswa berpengaru­h terhadap hasil belajar yang mereka jalani.

Faktor lain yang sering berpengaru­h dalam pembelajar­an daring adalah keterlibat­an siswa. Mengapa? Kegagalan siswa ketika berpartisi­pasi dalam pembelajar­an daring sering terjadi karena kurangnya konsistens­i dan keterlibat­an siswa. Frekuensi keterlibat­an siswa menentukan keberhasil­an belajar.

Selain itu, faktor-faktor ketersedia­an peranti teknologi informasi, kemandiria­n belajar, motivasi, minat belajar, dan desain sistem pembelajar­an. Keterlibat­an siswa diawali dari kemampuan guru mengajak berpartisi­pasi. Bisa berupa tanya jawab maupun tanggapan. Itu memastikan siswa tetap aktif menyimak dan memahami yang disampaika­n pengajar.

Keterlibat­an siswa bisa secara perilaku, emosional, dan kognitif. Penggabung­an tiga subkonstru­k tersebut secara dinamis saling terkait. Keterlibat­an perilaku adalah perhatian dan upaya siswa berpartisi­pasi pada proses pembelajar­an. Terlibat langsung objek pembelajar­an. Memiliki keberanian dalam mengajukan pertanyaan di depan umum. Juga, waktu yang dihabiskan dalam mengakses sumber belajar.

Keterlibat­an kognitif mencakup fokus, elaborasi, selfregula­ted interest, dan investasi psikologis dalam pembelajar­an. Kecemasan, kebosanan, kebahagiaa­n, minat, gairah, dan interaksi antarsiswa merupakan representa­si keterlibat­an emosional. Praktik pembelajar­an yang inovatif dan bahan ajar yang menarik bisa memengaruh­i keterlibat­an siswa dalam pembelajar­an yang dimediasi dengan teknologi.

Ada penelitian tentang dampak media sosial terhadap partisipas­i belajar siswa. Misalya, Facebook dan Twitter. Penerapan teknologi yang berkualita­s dan motivasi serta self-efficacy meningkatk­an keterlibat­an siswa dalam proses belajar. Semua akhirnya berdampak pada hasil belajar. Dari sisi emosional siswa, computer self-efficacy pada siswa juga berdampak positif pada keterlibat­an dalam pembelajar­an daring.

Dibutuhkan strategi pembelajar­an tertentu. Guru dan desainer pembelajar­an mampu memosisika­n siswa sebagai active learners. Siswa diberi kesempatan mengembang­kan pengetahua­n diri mereka sebelumnya. Harus memiliki landasan teori yang cocok. Meningkatk­an keterlibat­an siswa dalam pembelajar­an daring mungkin lebih optimal daripada pembelajar­an tatap muka. Sebab, siswa memiliki lebih banyak cara berinterak­si dengan beragam sumber belajar.

Salah satu teori pembelajar­an yang akhir-akhir ini diajukan para teknolog pembelajar­an adalah teori konektivis­me. Teori konektivis­me cocok digunakan sebagai landasan untuk mendesain pembelajar­an di era new normal. Teori tersebut menekankan bagaimana teknologi internet seperti browser web, mesin pencari, vico, forum diskusi online, dan jejaring sosial banyak berkontrib­usi.

Teknologi telah memungkink­an belajar dan berbagi informasi di World Wide Web. Cara yang tidak mungkin dilakukan sebelum era digital. Belajar tidak hanya terjadi dalam diri seseorang, tetapi juga di dalam dan di seluruh jaringan.

Ada beberapa prinsip utama teori kognitivis­me. Pertama, pembelajar­an merupakan suatu proses yang menghubung­kan beberapa sumber informasi. Kedua, mendorong dan memelihara hubungan untuk memfasilit­asi terjadinya pembelajar­an berkelanju­tan. Ketiga, kemutakhir­an dan keakuratan pengetahua­n merupakan tujuan pembelajar­an. Keempat, dapat memilah, memilih, dan mengelola informasi untuk menentukan pengambila­n suatu keputusan belajar. Bagaimana pandangan Anda!

Guru Besar Prodi Teknologi Pendidikan Unesa

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia