68 Ribu Siswa Akan Belajar di Balai RW atau BLC
SURABAYA, Jawa Pos – Potensi siswa yang akan memanfaatkan jaringan internet di balai RW dan broadband learning centre (BLC) untuk belajar sekitar 68 ribu anak. Mereka adalah anak-anak dari keluarga kurang mampu yang tak memiliki ponsel serta tak bisa membeli kuota internet untuk belajar jarak jauh.
Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya terus meng-update data tersebut serta mengecek persebarannya. Terutama untuk mengecek kedekatan rumah siswa kategori itu dengan balai RW atau BLC terdekat.
Kepala Dispendik Surabaya Supomo mengungkapkan, pendataan tersebut melibatkan banyak pihak
Mulai guru, pengawas, hingga camat dan lurah. Pendataan itu juga berbarengan dengan pengadaan barang untuk pelengkap sarana dan prasarana yang pekan ini sedang dikerjakan.
”Ini paralel, insya Allah secepatnya. Begitu semuanya siap, bisa dipergunakan siswa sehingga terbantu untuk belajar online,” kata Supomo kemarin (23/7). Akan ada pengadaan peralatan penunjang terlebih dahulu dengan mematuhi prosedur pengadaan barang yang akuntabel.
Yang dilibatkan dalam penyiapan tersebut bukan hanya dispendik. Tapi, dinas komunikasi dan informatika serta bagian administrasi pemerintahan dan otonomi daerah juga terlibat dalam penyiapan sarana dan prasarana tersebut.
Supomo menegaskan bahwa penyediaan akses internet itu bukan hanya untuk siswa yang belajar di sekolah negeri. Namun, mereka yang sekolah di swasta pun bisa memanfaatkan akses internet tersebut. ”Ini judul besarnya untuk warga Surabaya,” kata mantan kepala dinas sosial tersebut.
Bahkan, siswa SMA dan SMK bisa mengakses internet tersebut. Namun, tetap harus ada pengaturan protokol kesehatan. Dengan demikian, balai RW atau BLC yang digunakan untuk belajar itu tidak penuh sesak. Sarana-prasarana lainnya seperti tempat cuci tangan dan hand sanitizer juga akan disiapkan. ”Urusannya adalah peningkatan kualitas pendidikan di Surabaya,” tambah Supomo.
Sementara itu, kemarin siang berlangsung hearing di DPRD Surabaya melalui daring terkait kesiapan balai RW tersebut. Kabid Guru dan Tenaga Kependidikan Dispendik Surabaya Mamik Suparmi menjelaskan, ada tiga skema yang disiapkan. Yakni, pembelajaran di balai RW dan BLC untuk siswa yang memiliki ponsel, tapi tak mampu beli kuota intenet.
Dari hasil survei dispendik, semula yang masuk kategori itu mencapai 125 ribu siswa. Tapi, belakangan jumlahnya menurun karena ada pengalihan subsidi BOS untuk kuota internet. ”Dari pendataan yang kedua, jumlahnya mengalami penurunan menjadi 68 ribu siswa,” papar Mamik.
Dia meyakini jumlah tersebut bisa berkurang lagi karena semakin banyak sekolah yang mengalokasikan BOS untuk kuota internet. Tidak seluruh mata pelajaran nanti disampaikan lewat daring. Namun, ada juga tugas yang diberikan lewat aplikasi. Misalnya, WA. Siswa yang kuota internetnya terbatas tinggal datang ke balai RW atau BLC. Tugas tersebut diunduh. Lantas, PR itu diselesaikan di rumah. Ketika tuntas, dikumpulkan oleh orang tua,” ucapnya.
Teknis yang kedua, dispendik menggandeng televisi. Materi pelajaran disampaikan lewat siaran. Tujuannya, siswa tidak jenuh lantaran hanya menerima tugas dari sekolah. Mamik mengatakan, dispendik sudah berkoordinasi dengan stasiun televisi. Saat ini konsep materi dimatangkan. Nanti jam siaran dibedakan. ”Pagi untuk SD, siang baru SMP,” jelasnya.
Langkah ketiga, menyederhanakan kurikulum. Tidak melulu mengerjakan tugas lewat tatap muka via daring. Namun, dispendik juga menjagakebugaransiswa.”Misalnya, olahraga lewat daring,” ucapnya.
Sementara itu, sejumlah anggota dewan juga memberikan masukan. Misalnya, Tjutjuk Supariono. Politikus PSI itu menuturkan bahwa dispendik harus menelaah warga yang tidak mampu. Sebab, dia menemukan keluarga yang hanya memiliki satu HP. ”Siang dibuat kerja,” ujarnya.
Menurut Tjutjuk, dispendik harus menambah jam belajar. Misalnya, pembelajaran berlangsung sore. ”Sediakan materi di website yang bisa diunduh 24 jam,” terangnya.
Siswa yang kesulitan fasilitas untuk belajar daring bisa memanfaatkan kantor kelurahan dan kecamatan. Hal itu dilakukan sambil menunggu persiapan balai RW sebagai tempat belajar rampung. Salah satunya di Kelurahan Pucang Sewu, saban pagi anak-anak datang ke kantor kelurahan untuk menjangkau akses internet gratis.
Sepuluh anak tampak serius di salah satu sisi ruangan kantor Kelurahan Pucang Sewu. Mereka terdiri atas berbagai jenjang sekolah. Mulai SD, SMP, hingga SMA.
Sudah dua hari ini mereka belajar di sana untuk mengikuti sekolah daring. Mereka memanfaatkan akses internet milik kelurahan. Sekaligus menghemat pengeluaran untuk kebutuhan internet.
Salah satunya adalah Silvia Rahma Dhani. Dia sibuk mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) dari sekolah. Sambil sesekali melirik materi yang diberikan guruanya. ”Lebih enak belajar di sini, bisa gratis,” ujar bocah kelas V SD itu.
Ada juga siswa yang tidak memiliki gawai. Di sana dia bergantian dengan temannya. ”Kalau teman saya sudah selesai, gantian sama saya,” kata Aulia Nur Azizah yang duduk di kelas VI SD.
Lurah Pucang Sewu Kenny Pieter Tupamahu mengatakan, kantor kelurahan dinilai lebih nyaman untuk anak-anak. Tempatnya juga luas sehingga memenuhi satndar protokol kesehatan. ”Memang di sini beberapa balai RW sudah memiliki akses internet. Tetapi daripada di sana terlalu banyak anak, kami juga tawarkan untuk pakai kantor kelurahan,” ujarnya. Kenny menyebut ada juga siswa yang tidak mempunyai HP. Biasanya, mereka pinjam kepada tetangganya.
Hal yang sama terjadi di Kecamatan Tambaksari. Kecamatan mempersilakan siswa untuk belajar di pendapa kecamatan dengan menyediakan akses internet. ”Kami sediakan laptop juga kalau ada yang tidak memiliki HP untuk belajar,” ujar Camat Tambaksari Ridwan Mubarun.