Diabetes dan Hipertensi Paling Rawan
94,74 Persen Kasus Covid-19 Disertai Komorbid
SURABAYA, Jawa Pos – Tercatat sudah ratusan nyawa yang melayang akibat serbuan Covid19 di Surabaya. Hampir semua kematian yang berkenaan dengan virus korona jenis baru itu dibarengi penyakit penyerta atau komorbid. Di Surabaya, kasus kematian paling banyak terhadap pasien terkonfirmasi positif Covid-19 adalah diabetes melitus. Total hingga Rabu (22/7) tercatat ada 251 kasus kematian yang teridentifikasi karena penyakit tersebut.
Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya hingga Rabu, sudah terakumulasi 7.994 kasus terkonfirmasi Covid-19. Dari jumlah tersebut, 723 orang meninggal dunia atau 9,04 persen. Yang sembuh sebanyak 4.494 orang atau 56,22 persen
g
Dari data yang sama juga disebutkan, 94,74 persen kasus meninggal karena Covid-19 disertai dengan komorbid. Total ada 685 kasus.
Yang perlu mendapatkan perhatian serius adalah jenis penyakit penyerta tersebut. Yang paling banyak adalah diabetes melitus atau kencing manis sebanyak 251 kasus. Disusul hipertensi, penyakit jantung, asma, serta penyakit paru obstruktif kronis.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Surabaya Rince Pangalila mengungkapkan, orang yang memiliki penyakit penyerta seperti diabetes melitus atau kencing manis turut memperparah dampak virus korona jenis baru. Virus menyerang sistem imun orang yang sudah memiliki penyakit tersebut.
”Karena sistem tubuhnya sudah tidak bagus, lalu terkena infeksi. Sistem ketahanan tubuhnya sudah terganggu karena penyakit itu sehingga memperberat sistem tubuh,” ungkap Rince kemarin (23/7).
Diabetes melitus merupakan satu di antara sepuluh penyakit terbanyak yang diderita warga Surabaya. Selain itu, ada penyakit jantung dan hipertensi alias tekanan darah tinggi. ”Orang bilang kencing manis itu ibu dari segala penyakit,” tambah dia.
Pada orang yang terkena Covid19, biasanya saturasi oksigennya tidak lagi optimal. Orang normal atau sehat memiliki saturasi oksigen lebih dari 95 persen. Pada penderita Covid-19 yang parah, oksigen yang dialirkan ke seluruh organ tubuh berkurang drastis.
”Covid menyerang paru-paru sehingga tak bisa berfungsi optimal. Akhirnya, kadar oksigen yang diserap berkurang. Nah, itu berdampak pada oksigenisasi organ sehingga organ itu bisa saja rusak,” terang Rince.
Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan penderita diabetes melitus atau pengidap penyakit komorbid lainnya? Rince menyarankan agar orang-orang tersebut lebih baik tetap berada dirumah.Harussangatmenghindari untuk keluar rumah. Apalagi pergi ke tempat kerumunan. ”Karena kalau keluar itu kan tidak tahu bertemu dengan orang dan kondisinya,” tambah dia.
Antisipasi untuk hal itu sejatinya sudah dibuat pemkot. Pemkot pun membuat kebijakan agar pengidap diabetes melitus tak perlu ambil sendiri obat-obatan ke puskesmas atau rumah sakit. Bagi yang sudah terkendali gula darahnya, keluarga bisa mengambil obat untuk dua bulan.
Lebih dari itu, tetap ada harapan besar bagi pasien Covid-19 untuk bisa disembuhkan. Buktinya, hingga Rabu (22/7) 4.494 orang sehat kembali setelah divonis Covid-19.
Kepala Dinkes Surabaya Febria Rachmanita menyebutkan, ada tambahan 62 pasien sembuh. Mereka terdiri atas 26 orang yang menempati hotel asrama haji, 19 orang rawat jalan isolasi mandiri, dan 17 orang rawat inap di rumah sakit. ”Angka kesembuhan itu semakin bertambah lantaran pasien di Kota Pahlawan berjuang bersama-sama untuk menaikkan imunitas dan disiplin menerapkan protokol kesehatan,” jelas dia.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana menuturkan bahwa kedisiplinan masyarakat untuk taat pada protokol kesehatan meningkat drastis. Salah satu sebabnya adalah adanya Kampung Tangguh Wani Jogo Suroboyo. Dalam beberapa hari terakhir, Whisnu memang hampir setiap malam berkeliling ke kampung-kampung untuk memantau kondisi kampung tangguh tersebut.
”Kampung tangguh terbukti bergerak efektif. Saya hampir sebulan ini turun melihat kampung tangguh, semakin hari semakin sedikit yang tak pakai masker. Keluar rumah sudah otomatis pakai masker,” ungkap Whisnu.
Rencana pemkot untuk memberikan dana stimulan Rp 10 juta ke setiap RW atau kampung tangguh juga tinggal finalisasi. Total kampung tangguh yang terbentuk 13 ribu. Jadi, perlu anggaran Rp 13 miliar. Pemkot sudah siap dengan dana tersebut. Pemkot menunggu surat resmi dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Surat itu berisi mana saja penggunaan yang boleh dan tidak boleh.
”Surat dari BPK itu akan jadi acuan untuk menentukan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan. Nanti lurah mengawasi penggunaannya,” tambah Whisnu.