Himbara Siap Dukung Industri Tekstil
SEIRING meningkatnya kebutuhan akan masker dan alat pelindung diri (APD) seperi baju
hazmat, industri tekstil tanah air pun bergairah di tengah pandemi Covid-19. Di sisi lain, gempuran tekstil impor pun semakin kuat. Namun, sampai sekarang, industri tekstil belum masuk skema restrukturisasi.
Ketua Umum Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) Sunarso mengatakan, masalah utama pengusaha tekstil adalah menurunnya permintaan dan margin yang tipis karena harga bahan bakunya tinggi. Maka, perlu ada penguatan permintaan lewat konsumsi dalam negeri dan pembatasan impor bahan jadi.
”Dengan membatasi impor garmen, akan mendorong industri lokal untuk menguasai pasar di dalam negeri. Bila perlu, pemerintah belanja seragam untuk ASN dan BUMN,” kata Sunarso yang juga direktur utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) itu.
Pemerintah menaruh uang dalam bentuk deposito senilai Rp 30 triliun pada empat bank pelat merah. Sebagai gantinya, bank-bank Himbara tersebut akan menyalurkan Rp 90 triliun dana dalam bentuk subsidi dan kredit. Per 29 Juli 2020, sudah Rp 55 triliun yang disalurkan empat bank BUMN kepada para debitor yang mayoritas adalah pelaku UMKM.
Terkait dengan subsidi untuk industri tekstil, Sunarso menyebutkan bahwa Himbara bersedia membantu para pengusaha tekstil untuk menyelamatkan bisnis mereka. ”Asosiasi (pengusaha tekstil) harus ngotot agar tekstil masuk skema subsidi dan kredit ini. Sekarang ini belum ada aturan yang secara spesifik mengatur. Karena tekstil ini industri yang menyerap banyak tenaga kerja, industri ini jangan sampai tutup,” tuturnya.
Dukungan untuk pengusaha industri tekstil dan produk tekstil disampaikan Direktur Komersial PT Bank Mandiri Tbk Riduan Ahmad. Dengan syarat, para pengusaha harus membangun dan menjaga ekosistem mereka agar selalu tumbuh. ”Sebab, bila industri tekstil bagus, perbankan akan datang tanpa perlu diundang,” ucapnya. Apalagi, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sedang gencar memperkenalkan Smart Textile.