Tunggu Aturan Teknis sebelum Beri Bantuan
Anggaran Pulsa untuk Beli Kuota Internet
SURABAYA, Jawa Pos – Pihak sekolah masih menunggu aturan atau petunjuk teknis dari Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya tentang pemberian bantuan pulsa bagi para siswa. Sebab, saat ini sudah ada beberapa sekolah yang berencana memberikan bantuan tersebut. Namun, aturan teknis mengenai penganggarannya belum turun dari dispendik.
Kepala SDN Lidah Kulon 1 Sedarwati menyatakan, pihaknya berencana menganggarkan dana bantuan operasional sekolah (BOS) untuk bantuan pulsa. Sebab, di sekolah tersebut, banyak orang tua yang mengeluhkan pengeluaran pulsa membengkak setiap bulan. Sejak anakanak diharuskan belajar secara daring, biaya pembelian paket data internet lebih mahal.
’’Memang dispendik sudah memperbolehkan kami mengambil dana BOS. Kami akan ajukan itu, tapi belum ada arahan teknisnya bagaimana,’’ katanya kemarin (23/8).
Petunjuk teknis itu dibutuhkan agar sekolah tidak salah mengelola dana BOS. ’’Meski niatnya membantu anak-anak, kalau salah, takutnya malah jadi salah, jadi diributkan,’’ ujar Sedarwati.
Jika memungkinkan, dia juga berharap pemerintah memberikan dana bantuan dari sumber lain kepada siswa untuk membeli pulsa. Jadi, bantuan pulsa tidak hanya bersumber dari dana BOS.
Kepala SMPN 61 Surabaya Hesti Kusumawati juga berencana memberikan bantuan pulsa dari dana BOS bagi para siswa. Pihaknya pun masih menunggu petunjuk teknis dari Dispendik Surabaya. Sejauh ini bantuan yang diberikan hanya diperuntukkan guru. Yakni, bantuan paket data internet 10 gigabyte (GB). Itu pun hanya sekali penganggaran dan tidak rutin setiap bulan.
Sementara itu, untuk siswa, baru ada bantuan pulsa dari Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA). Bantuan itu tidak diberikan bagi semua siswa. Karena itu, perlu ada petunjuk teknis dan pendataan terperinci agar semua siswa bisa mendapatkan bantuan.
Sebelum mengajukan bantuan pulsa untuk siswa dari dana BOS, pihak sekolah mendata siapa saja siswa yang membutuhkan bantuan. Sebab, setiap anak mempunyai kondisi yang berbeda. Ada anak yang keluarganya sama sekali tidak memiliki handphone ataupun laptop. Ada juga anak yang masih memanfaatkan gawai milik orang tuanya. Ada juga yang memang sudah mempunyai gawai sendiri. ’’Rencananya, memang mau kami anggarkan dari dana BOS. Tapi, kalau ada bantuan lagi selain dari dana BOS, ya alhamdulillah malah bagus,’’ tuturnya.