UE Tampung Pengungsi Anak
ATHENA, Jawa Pos - Uni Eropa akhirnya membuka diri. Mereka mau menampung 406 pengungsi anak-anak di kamp Moria, Pulau Lesbos, Yunani. Anak-anak tersebut tidak memiliki keluarga.
Sebagian kehilangan orang tuanya di Laut Mediterania saat dalam perjalanan menuju Benua Biru.
Sejak kamp Moria terbakar habis Rabu (9/9), anak-anak dan sekitar 13 ribu pengungsi lainnya tak memiliki tempat tinggal. Mereka tidur di trotoar, pom bensin, dan tempat apa pun yang kosong. Selama tiga hari para pengungsi berada di ruang terbuka dan kekurangan makanan. Satuan polisi dalam jumlah besar dikerahkan ke Lesbos untuk mengamankan situasi.
Yunani berkali-kali meminta pada negara-negara Uni Eropa lainnya agar berbagi beban. Setelah rapat panel di Berlin Kamis (10/9), 10 negara UE akhirnya mau membantu, tapi hanya untuk pengungsi anak. ”Langkah berikutnya akan menyusul,” terang Kanselir Jerman Angela Merkel. Mayoritas anakanak tersebut akan ditempatkan di Jerman dan Prancis.
UE juga akan mengirimkan kapal untuk menampung sementara pengungsi hingga ada kamp pengganti.
Wakil Presiden Komisi Eropa Margaritis Schinas mengumumkan bahwa kamp dengan fasilitas modern akan dibangun di lahan bekas kebakaran. Namun, pembangunan mungkin membutuhkan perjuangan ekstra karena penduduk sekitar tak mau lagi menerima para pengungsi tersebut.
”Kami tidak ingin kamp lagi dan akan menentang pembangunan. Kami sudah menghadapi situasi ini selama 5 tahun, kini saatnya yang lain menanggung beban ini,” ujar Vaguelis Violatzis, salah seorang politikus di Lesbos, seperti dikutip Agence France-Presse.
Penyebab kebakaran hingga kini masih belum diketahui. Pemerintah meyakini bahwa pengungsi sendiri yang membakar kamp tersebut dan akhirnya api tak terkendali. Itu terjadi setelah penghuni dites Covid-19. Sebanyak 35 orang dinyatakan positif dan harus diisolasi.
”Mereka kini hilang dan belum ditemukan,” terang Direktur Kantor Kementerian Migrasi Yunani Konstantinos Kostakos seperti dikutip CNN.
Sementara itu, kebakaran hebat yang terjadi di Oregon, Amerika Serikat (AS), terus meluas. Lebih dari 500 ribu orang terpaksa harus mengungsi. Korban jiwa sudah mencapai 15 orang. Pada Kamis malam, Presiden AS Donald Trump menyatakan status darurat di Oregon. Dengan status tersebut, pemerintah pusat bisa turun tangan membantu.