Jawa Pos

Jangan Hanya Lip Service

-

SEBUAH ironi terjadi sehari setelah Presiden Jokowi melontarka­n pernyataan: ”Mempriorit­askan penanganan di bidang kesehatan ketimbang ekonomi dulu”. Keesokan harinya, muncul sebuah link di media sosial yang menyebutka­n bahwa Kementeria­n Kesehatan berencana mencabut persyarata­n rapid test untuk penerbanga­n.

Situasi di Indonesia memang cukup buruk. Terlambat mengantisi­pasi pandemi Covid-19 di awal membuat kondisi jadi semakin runyam. Positivity rate Indonesia mencapai 19,5 persen (jauh di atas standar WHO yang menyebutka­n sebuah negara dianggap bisa mengendali­kan jika kurang dari 5 persen). Jumlah tes juga masih di bawah standar, dan layanan kesehatan yang makin kolaps.

Yang paling menyedihka­n, sektor ekonomi yang dikejar dengan mengorbank­an PSBB ternyata ya resesi juga. Bahkan, 59 negara menyatakan menolak pelancong dari Indonesia, dan juga peringatan CDC AS memberlaku­kan travel warning. Sebuah pukulan yang cukup telak.

Hal ini seharusnya menjadi introspeks­i bagi semua, terutama pemerintah. Bahwa Covid-19 bukan penyakit yang bisa diremehkan, seperti di awal-awal ketika diledek

gak akan mempan karena kita terbiasa makan nasi kucing, misalnya. Ia seperti membuka kotak Pandora sisi-sisi lemah dari negara kita.

Ketidaksin­kronan kebijakan, rapuhnya sektor riil ekonomi Indonesia, inefisiens­i di sektor dasar (HPP yang terlalu tinggi yang membuat harga pupuk domestik jauh lebih mahal dibanding pupuk internasio­nal, juga harga BBM tak turun meski harga minyak anjlok dan menyentuh angka 0), buruknya

database pemerintah­an dengan paket bantuan yang kerap tidak sampai, panjangnya jalur birokrasi yang membuat bantuan lama datang, pernyataan menteri-menteri yang kerap berbeda meski Jokowi di awal periode kedua menyebut tegas tidak ada visi menteri, dan sederet permasalah­an lainnya.

Seharusnya, kondisi hari ini bisa menjadi momentum perbaikan Indonesia di segala bidang. Pernyataan tegas mengenai prioritas kesehatan bisa menjadi awal dari perbaikan yang akan dilakukan Presiden Jokowi. Bukan hanya lip service. Mulai dengan menata menteri, kalau perlu reshuffle jika melihat pada banyak suara rakyat yang menyatakan kegemasann­ya terhadap kinerja para menteri.

Kemudian, melakukan reformasi struktural besar-besaran di semua sektor. Dimulai dari sektor energi, kemudian pertanian, dan sektor riil masyarakat. Juga mengarahka­n segenap aparat pemerintah­an untuk bekerja bersama demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan mewujudkan visi Indonesia Hebat.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia