Mulai Berbagi Sayuran hingga Pupuk Kulit Telur
Aksi dan Inovasi Pangeran dan Puteri Lingkungan Surabaya
SURABAYA, Jawa Pos – Pada usia yang masih belia, Gregorius Marcelino Krustian, 11, punya kepedulian yang begitu besar pada lingkungan. Sejak satu bulan lalu, siswa SDN Kaliasin I itu turun ke Jalan Jetis Kulon, Wonokromo, untuk membagikan secara cuma-cuma 400 tanaman cabai dan tomat kepada warga. Dia pun menjadi satu di antara 26 pangeran dan puteri lingkungan yang kemarin bertemu dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Gregorius dan anak-anak lain itu punya cara yang berbedabeda untuk menghijaukan lingkungan. Kampung yang semula kumuh kini menjadi indah. Untuk menyemangati warga, dia membuat lomba. ”Banyak warga yang ikut membantu budi daya cabai dan tomat,” terang Gregorius.
Ada pula yang membuat pupuk organik seperti Rafka Fairuz Hasan. Bahannya berasal dari kulit telur. Siswa SDN Rangkah 6 itu memperoleh secara cumacuma kulit telur dari pedagang martabak, tahu tek, serta toko roti. ”Cangkang yang selama ini dibuang saya manfaatkan,” ucapnya.
Kulit telur direndam di dalam air satu malam. Lantas, dijemur satu hari penuh setelah dibersihkan terlebih dahulu. Cangkang itu diremukkan dan remahannya ditaburkan pada tanaman. ”Kandungan dari telur bisa menyuburkan tanaman serta menjadi pestisida alami,” ucap siswa 11 tahun itu.
Presiden Tunas Hijau Muhammad Zamroni menjelaskan, setiap tahun program pangeran dan putri lingkungan itu digelar. Tujuannya menciptakan kader lingkungan baru dari siswa. Sejak tujuh bulan lalu, peserta bertarung. Awalnya, 840 siswa ikut lomba itu. Setelah seleksi, tunas hijau mengerucutkan menjadi 26 finalis. Untuk jadi finalis, harus ada aksi dan inovasi dalam menjaga lingkungan. ”Kalau keduanya berhasil, siswa itu layak menjadi pangeran dan putri lingkungan,” paparnya.
Sementara itu, Risma bangga dengan capaian 26 finalis tersebut. Menurut dia, aksi yang dilakukan pelajar tersebut patut diapresiasi. ”Luar biasa, aksi ini menyelamatkan bumi,” ucapnya.