Terapkan Protokol di Toko Kelontong
Tambah Produk Jualan agar Bertahan Selama Pandemi
SURABAYA, Jawa Pos – Penerapan protokol juga ditekankan ke toko-toko kelontong. Contohnya di Kecamatan Rungkut. Sebanyak 48 toko sudah melaksanakan itu semua. Hal tersebut dimaksudkan untuk memastikan semua toko aman dan tidak terpengaruh kondisi pandemi.
Semua toko kelontong (tokel) di Rungkut sudah dipasangi plastik yang menjadi pemisah. Interaksi antara pembeli dan penjual tidak terjadi secara langsung. Camat Rungkut Yanu Mardianti mengatakan, pihaknya sejak awal sudah menekankan pentingnya penerapan protokol kesehatan. Apalagi, di lini usaha itu banyak terjadi interaksi dengan masyarakat. ”Memang tidak ada kata wajib. Namun, kami beri pendekatan terus. Akhirnya pedagang secara sadar mematuhi protokol itu,” katanya.
Petugas Kecamatan Rungkut saban hari mendatangi tokel. Selain memastikan protokol kesehatan berjalan, mereka memantau harga bahan pokok (bapok). Selama pandemi, tokel memiliki peran penting di masyarakat. Lini usaha itu menjadi salah satu sarana pendistribusian bapok.
Yanu menambahkan, secara omzet tokel di Rungkut juga terimbas pandemi. Namun tidak sampai membuat mereka gulung tikar. ”Mereka masih bertahan hingga sekarang,” katanya.
Salah satu cara untuk membantu mereka adalah pendekatan ke tingkat produsen. Sehingga pemilik tokel bisa memperoleh harga kulakan atau minimal sama dengan ritel modern. Hal itu dilakukan bersama Dinas Perdagangan (Disdag) Surabaya. Ada program kulakan yang membuat bapok murah. Mulai minyak, beras, hingga kebutuhan dapur lainnya. ”Ini bagian pentingnya, daya beli masyarakat bisa tetap terjaga. Masyarakat tetap bisa mendapat pasokan bapok murah. Usaha tokel juga tetap bisa jalan,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Koperasi Tokel Rungkut
Makmur Sejahtera Suhadi menyatakan, protokol kesehatan sudah diterapkan semua anggotanya. Total ada 46 anggota aktif tokel saat ini. ”Saat terima atau menyerahkan kembalian juga pakai nampan. Ditambah, penjual juga pakai face shield,” terangnya.
Penerapan itu pun sekarang sudah diimbangi kesadaran masyarakat yang meningkat. Contohnya, pembeli yang tidak pakai masker bakal malu sendiri karena tak mengenakan alat pelindung itu. ”Di depan setiap toko memang ada tulisan soal imbauan itu. Kami menegur pun lewat cara guyonan. Dan itu lebih efektif dan mengena ke mereka,” ujarnya.
Selama pandemi ini, lanjut Suhadi, pendapatan anggota koperasi rata-rata turun hingga 30 persen. Banyak yang berinovasi agar tetap bisa bertahan. ”Seperti saya, sekarang jualan pentol dan sinom di depan toko. Paling tidak itu bisa mengimbangi pendapatan yang turun saat pandemi ini,” jelasnya.