September Puncak Kemarau, Waspada Anomali Cuaca
SURABAYA, Jawa Pos – Beberapa hari ini cuaca di Surabaya cukup terik. Tak terkecuali di area timur yang memiliki pantai atau pesisir. Kawasan Bulak, misalnya. Suhu rata-rata dalam sepekan ini mencapai 36–37 derajat Celsius.
’’Oleh karena itu, warga diimbau untuk membawa minuman sendiri saat beraktivitas di luar,’’ ujar prakirawan BMKG Tanjung Perak Fajar Setiawan kemarin. Dia menyatakan, saat ini musim kemarau mendekati puncak. ’’Nanti beralih ke musim hujan pada Oktober mendatang,’’ katanya.
Berdasar prediksi BMKG Tanjung Perak, musim hujan di kawasan pesisir Jawa Timur mulai muncul pada akhir Oktober. Meskipun demikian, sebagian tempat masih mendapat curah hujan saat musim kemarau. Hal itu disebabkan munculnya fenomena La Nina. ’’Di Surabaya, intensitasnya tidak terlalu tinggi. Berada di 21–50 mm,’’ ungkapnya.
Durasi curah hujan itu bervariasi. Bisa terjadi pada pagi atau malam. Berdasar catatan BMKG, anomali cuaca di kawasan pesisir timur dan utara Surabaya masih normal. ’’Nelayan atau warga yang tinggal di area pesisir sudah paham dengan fenomena tersebut. Mereka sudah terbiasa dan bisa menghitung kapan harus melaut atau tidak,’’ terangnya.
Fajar menuturkan, hal yang perlu diwaspadai mendatang tentu saja kondisi peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Di masa-masa itu, intensitas hujan menuju ke tinggi. ’’Di beberapa kawasan terjadi petir dan angin kencang. Pemantauan cuaca kami lakukan secara berkala dan melaporkannya ke warga untuk tetap waspada,’’ katanya.
Di samping itu, dalam menghadapi masa peralihan hingga musim hujan mendatang, dia meminta setiap pemangku kebijakan untuk memahami peta wilayah. Mulai mengelola air yang integratif dari hulu ke hilir hingga memperbaiki sumber buangan atau resapan yang bisa menampung debit air dalam jumlah besar.