Jawa Pos

Demo Ricuh, 138 Mahasiswa Terluka

-

KERICUHAN mewarnai unjuk rasa menolak Omnibus Law Cipta Kerja di depan kantor DPRD Jabar kemarin (7/10).

Mahasiswa dari berbagai kampus yang turun ke jalan mencapai ribuan. Lebih banyak daripada aksi sehari sebelumnya.

Demo yang semula tertib, diisi dengan orasi secara bergantian, memanas setelah ada aksi membakar ban. Tak lama berselang, terjadi pelemparan botol minuman, batu, kaca, dan petasan. Sebagian massa berusaha masuk ke halaman gedung DPRD.

Petugas gabungan TNI dan Polri lalu menembakka­n gas air mata. Demonstran pun semburat

Sebagian lari ke depan Gedung Sate, Dukomsel, serta ke arah Trunojoyo. Hingga sekitar pukul 18.00, sebagian massa masih berkumpul di samping Lapangan Gasibu.

Sementara itu, mayoritas mahasiswa terdesak hingga ke depan kampus Unisba. Sekitar pukul 18.30, bentrokan kembali terjadi di dekat kampus itu. Ratusan mahasiswa masuk ke kampus, sebagian lainnya berkumpul di kampus Universita­s Pasundan (Unpas).

Pantauan Radar Bandung, hingga pukul 20.30 tadi malam, ratusan mahasiswa masih berkumpul di dua kampus tersebut. Kampus Unisba dan Unpas secara spontan dijadikan posko medis karena tak sedikit massa yang terluka. Berdasar keterangan dari posko medis kampus Unisba, korban yang tercatat sebanyak 138 mahasiswa dari berbagai kampus. Ada pula sejumlah siswa SMA dan SMK.

Taufik, salah seorang relawan medis, menuturkan, kebanyakan korban mengalami sesak napas dan histeris karena tembakan gas air mata. Sebagian korban juga terluka akibat terkena lemparan batu atau pecahan kaca. Dia menduga ada mahasiswa yang terkena tembakan peluru karet. Ada juga mahasiswa yang mengalami luka cukup berat. Dia menderita luka sobek di kepala.

Hingga pukul 20.50, mahasiswa masih berkumpul di kampus Unisba dan Unpas.

Sementara itu, pihak kepolisian menangkap beberapa peserta aksi dan memastikan bahwa massa yang membuat suasana memanas bukan dari kalangan mahasiswa. Kapolresta­bes Bandung Kombes Ulung Sampurna Jaya mengatakan, kericuhan terjadi menjelang petang. Saat itu massa aksi yang didominasi orang berpakaian hitam berusaha mendobrak gerbang gedung DPRD. ’’Mereka masuk sambil melemparka­n batu dan anarkistis. Maka, kami pukul mundur dan melakukan penyisiran sehingga mereka bisa membubarka­n diri dan klir di kawasan DPRD dan Gedung Sate,” katanya.

Beberapa pendemo juga diamankan anggota Polrestabe­s Bandung dan Polda Jabar. ’’Kami masih mendalami. Tapi, ada beberapa yang diamankan. Yang jelas, mereka bukan kelompok dari mahasiswa atau buruh dan mereka sengaja sekali membuat atau memancing agar petugas di lapangan itu menjadi emosi,” terang dia.

Hari ini (8/10), kata Ulung, ada kemungkina­n dilakukan penebalan anggota yang ditugaskan untuk mengantisi­pasi aksi lanjutan. Semua keputusan nanti didasarkan pada analisis tingkat kerawanan dari data intelijen. ’’Masyarakat yang menyampaik­an aspirasiny­a kepada pemerintah akan kami dukung dan jaga. Dengan begitu, aspirasi masyarakat berjalan lancar dan baik,” katanya. Ulung menyatakan, penjagaan dan patroli dilakukan di setiap titik Kota Bandung yang dianggap rawan.

Menanggapi aksi buruh pada Selasa (6/10) di halaman Balai Kota Bandung, Wali Kota Bandung Oded M. Danial mengeluark­an surat yang berisi aspirasi dari para buruh. Surat itu diteruskan ke pemerintah pusat. Oded mengatakan, aspirasi tersebut merupakan hak para buruh yang menolak disahkanny­a UU Cipta Kerja dalam rapat parpurna DPR RI Senin (5/10).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia