Jawa Pos

Tetap Merugi meski Terima Subsidi

Tim-Tim Liga 2 Menjerit di Tengah Ketidakpas­tian Kompetisi

-

JAKARTA, Jawa Pos – PSSI dan PT LIB harus secepat mungkin mengeluark­an keputusan mengenai kelanjutan kompetisi. Khususnya Liga 2. Jika tak kunjung pasti, kondisi finansial klub peserta Liga 2 kian amburadul.

Cairnya subsidi September lalu pun tetap tidak bisa mengganti banyaknya kerugian yang dialami klub selama masa persiapan. PS Hizbul Wathan (PSHW), misalnya. Walau sudah ada keputusan resmi mengenai penundaan kompetisi, training camp yang dilakukan tim tetap harus dijalankan karena sesuai dengan program. Presiden PSHW Dhimam Abror menuturkan, selain melanjutka­n TC, hampir tiap minggu timnya tetap mengagenda­kan laga uji coba. Sabtu (3/10), misalnya, PSHW beruji coba melawan tim Liga 2 asal Jawa Timur lainnya, PSG Gresik, di Lapangan Arhanud, Sidoarjo. ’’Hari ini tadi (kemarin) ke Pacet latihan cross country sambil refreshing di kolam air panas. Minggu depan ada undangan uji coba dari Jawa Tengah dengan klub Liga 3,’’ jelasnya.

Dia mengungkap­kan, subsidi senilai Rp 150 juta yang sudah diberikan September lalu tidak sebanding dengan pengeluara­n yang terjadi. ’’Kami tetap tekor,’’ ujar Abror. Timnya pun hanya bisa pasrah dengan situasi yang ada sekaligus berharap PSSI dan LIB segera mengeluark­an kejelasan mengenai nasib kompetisi. Abror menuturkan, PSHW memberikan deadline mengenai kejelasan Liga 2 hingga akhir Oktober. PSHW tetap akan menjalanka­n persiapan sembari menanti. ’’Kalau nanti sampai akhir Oktober belum jelas, baru kami akan ambil keputusan,’’ paparnya.

Apa yang dilakukan PSHW untuk tetap ’’bertahan’’ di tengah ketidakpas­tian kompetisi juga dilakukan PSG Gresik. Klub yang baru promosi itu juga tidak berencana memulangka­n seluruh skuadnya, seperti yang sudah dilakukan beberapa klub Liga 2. ’’Kami tidak akan pulangkan pemain sebelum ada keputusan dari LIB. Jadi, sementara latihan terus sesuai dengan agenda pelatih,’’ ujar Manajer PSG Aziz Riduanto.

Aziz pun tidak menampik timnya juga dilanda kerugian yang besar akibat tertundany­a kompetisi. Cairnya subsidi September lalu pun tidak berpengaru­h berarti bagi tim.

Aziz mengaku hanya bisa pasrah dengan situasi yang ada. ’’Padahal, kami di bulan September kemarin persiapan tim sudah total. Laga uji coba saja sampai enam kali. Biaya yang saya keluarkan sangat besar untuk persiapan,’’ ungkapnya.

Jangankan dua tim yang bisa dikatakan baru di Liga 2, tim seperti PSMS Medan yang musim ini disebut-sebut sebagai tim megabintan­g pun tetap kesulitan secara finansial akibat tertundany­a kompetisi. Tiap bulan, PSMS mengeluark­an biaya sekitar Rp 650 juta untuk persiapan sebagai tuan rumah dan operasiona­l.

Hal itu dikatakan Sekretaris PSMS Julius Raja. Dia mengatakan, subsidi dari LIB tidak sebanding dengan pengeluara­n. Karena itulah, pihaknya sangat berharap kompetisi Liga 2 bisa segera digulirkan agar PSMS tidak dalam keadaan minus terus. ’’Harus segera dijalankan semuanya. Persiapan kami sudah luar biasa, baik sarana sebagai tuan rumah ataupun untuk tim. Karena target kami naik kasta musim ini,’’ tegasnya.

 ?? ANGGER BONDAN /JAWA POS ?? KENYANG PENGALAMAN: Kiper PSHW Ferdiansya­h berlatih keras menyongson­g kembali digulirkan­nya Liga 2 musim 2020.
ANGGER BONDAN /JAWA POS KENYANG PENGALAMAN: Kiper PSHW Ferdiansya­h berlatih keras menyongson­g kembali digulirkan­nya Liga 2 musim 2020.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia