Komunikasi Kurangi Kecemasan Anak ke Dokter Gigi
SURABAYA, Jawa Pos – Komunikasi orang tua dan anak terkait kesehatan harus lebih dieratkan selama pandemi ini. Termasuk ketika orang tua hendak mengantar anak pergi ke dokter gigi.
Dokter gigi Annisa R. Amalia SpKGA mengatakan, pasien dewasa rata-rata sudah memahami protokol kesehatan di klinik maupun rumah sakit. Misalnya, pengecekan suhu tubuh atau keharusan dokter menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap ketika memeriksa pasien. Namun, masih banyak pasien anak yang belum mengerti bahwa sebelum pemeriksaan oleh dokter, akan ada serangkaian protokol kesehatan yang harus dipatuhi.
’’Jadi ketika orang tua membuat janji konsultasi ke dokter gigi, beri tahu dulu kepada anak bahwa nanti ada pengecekan suhu tubuh atau dokternya bakal pakai baju astronot (APD, Red). Komunikasi seperti itu akan mengurangi kecemasan anak,” ujar Annisa.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pasien yang tidak sedang dalam keadaan emergency diminta untuk melakukan rapid test terlebih dahulu. Itu berlaku untuk pasien di atas 13 tahun. Kemudian, pasien yang dalam keadaan emergency diwajibkan mengikuti swab test terlebih dahulu.
Hal-hal seperti itu harus dikomunikasikan kepada anak. Sebab, masih banyak anak yang takut ke dokter gigi. Jika melihat suasana yang berbeda, kecemasan mereka akan bertambah. Apalagi, ruang tunggu anak di berbagai RS rata-rata sedang ditutup. Akibatnya, anak kekurangan media untuk berinteraksi ketika akan menemui dokter gigi.
Hal-hal emergency yang membuat anak maupun orang dewasa harus konsultasi ke dokter gigi, misalnya, terjadi pembengkakan, pendarahan, atau rasa sakit yang tidak bisa diobati dengan obat-obatan di apotek. Untuk itu, selama tidak terjadi hal yang emergency, Annisa tetap menyarankan agar orang dewasa maupun anak melakukan telekonsultasi.
Jika terpaksa konsultasi secara langsung, dia menyarankan agar orang tua memilih poli gigi yang jalur masuknya sudah diatur sedemikian rupa.