PBB dan BPHTB Penyumbang Terbesar

SURABAYA, Jawa Pos – Badan pengelolaan keuangan dan pajak daerah (BPKPD) mencatat adanya pergerakan jumlah pemasukan pajak daerah Kota Surabaya sejak bulan lalu. Hal itu jelas menjadi angin segar bagi kota metropolis di 78 hari terakhir pada 2020.

Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan Pajak Daerah BPKPD Anang Koerniawan menuturkan, pada bulan lalu, realisasi pajak Rp 251 miliar. Angka tersebut naik jika dibandingkan pada Agustus. ”Kalau dua bulan lalu (Agustus, Red) itu realisasinya Rp 211 miliar. Artinya, ada kenaikan Rp 40 miliar,” ujarnya kepada Jawa Pos kemarin.

Pajak bumi dan bangunan (PBB) menjadi sektor terbesar yang menyumbang rupiah sejak Januari. BPKPD mencatat, realisasi

PBB Rp 1.125 miliar. Bukan hanya PBB, sektor bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) juga menjadi primadona.

Anang mengungkapkan, akumulasi realisasi dari BPHTB mencapai Rp 646 miliar sejak Januari. Selain PBB dan BPHTB, ada tujuh sektor lain yang juga masuk. Yakni, perhotelan, restoran, hiburan, reklame, pajak penerangan jalan (PPJ), parkir, serta air dan tanah.

Menurut Anang, pajak dari sektor perhotelan juga terus bergerak naik. Pada bulan lalu, pihaknya mencatat pajak yang masuk hingga Rp 5,4 miliar. Jumlah tersebut meningkat apabila dibandingkan dengan Agustus. ”Pajak dari hotel Rp 3,8 miliar pada Agustus,” jelasnya.

Lantas, bagaimana sektor restoran? Meski di tengah pandemi, tren pajak restoran ternyata memiliki sentimen yang baik. Pada Agustus, restoran menyumbang Rp 19 miliar. Kemudian, pada bulan lalu, pajak restoran yang masuk naik Rp 1 miliar. Artinya, pajak restoran tercatat Rp 20 miliar.

Tahun ini Surabaya memiliki target pajak pada APBD perubahan Rp 3,77 triliun. Anang menyatakan, hingga Selasa (13/10), realisasi pajak dari sembilan sektor mencapai Rp 2,58 triliun dari target Rp 3,77 triliun.

Pemkot terus berupaya menggenjot pendapatan asli daerah dari sembilan sektor pajak. Kemudahan-kemudahan dalam pembayaran dibuat.