Trump Akhirnya Menyerah, Sahkan Stimulus Pandemi
Jika Tak Diteken, AS Shutdown Jilid II
WASHINGTON DC, Jawa Pos – Presiden AS Donald Trump akhirnya memberikan kabar gembira bagi rakyatnya. Kemarin atau Minggu (27/12) waktu AS, dia menandatangani Undang-Undang Stimulus senilai USD 900 miliar (Rp 12.746 triliun) untuk menanggulangi dampak pandemi korona. UU tersebut akhirnya diketok setelah Trump didesak dari semua penjuru.
’’Saya mengesahkan kebijakan yang akan memperpanjang bantuan pengangguran, menghentikan pengusiran warga dari rumah, mempekerjakan kembali pekerja penerbangan, dan lainnya,’’ tulis Trump dalam pernyataan resmi yang dikutip Agence France-Presse.
Pernyataan tersebut berbanding 180 derajat dibanding sikap Trump pekan lalu. Saat Kongres AS akhirnya menelurkan kebijakan stimulus, suami Melania itu menolak membubuhkan tanda tangan. Menurut dia, banyak alokasi dana dalam anggaran hasil debat antara kubu Demokrat dan Republik di parlemen yang mubazir.
Trump ingin menambah bantuan tunai senilai USD 600 (Rp 8,4 juta) kepada setiap warga AS menjadi USD 2 ribu (Rp 28,3 juta). Dia bersikeras agar dana yang ditujukan untuk pengelola galeri seni dan museum bisa dialihkan. ’’Kebijakan ini memalukan,’’ ungkapnya.
Namun, sikapnya tak bisa bertahan lebih dari sepekan. Sebab, tekanan yang paling berat tak datang dari kubu seberang, tapi juga dari partainya sendiri. Demokrat justru ingin permintaan kenaikan bantuan tunai dari Trump terwujud. Namun, Republik menolak keras.
Akhir pekan lalu, beberapa pentolan partai gajah meminta Trump menandatangani atau paling tidak memveto undangundang itu. Jika Gedung Putih mengambil hak veto, setidaknya kongres punya manuver untuk menerapkan paksa UU tersebut.
”Saya tahu dia ingin dikenang sebagai pembela kepentingan rakyat. Tapi, kali ini dia bisa dikenang sebagai pria yang membuat kondisi negara kacau,’’ ujar Senator Republik Pat Toomey kepada Fox News.
Ada alasan mengapa sampai politisi Republik panik dengan sikap Trump. Sebab, anggaran bantuan tunai yang dimulai sejak Maret lalu sudah habis pekan lalu. Sedangkan anggaran operasional pemerintah bakal habis hari ini (29/12).
Jika Trump tak segera meneken undang-undang tersebut, pemerintah AS bakal shutdown aliaslumpuh.Trumppernahmengalami shutdown saat mereka bertengkar anggaran pemerintah pada 2019 lalu. Trump jelas tak ingin mengalami hal yang sama dua kali berturut-turut.
’’Sekarang kita bisa bernapas lega. Pekerja, keluarga, dan pelaku bisnis kecil seluru negeri akan mendapatkan bantuan,’’ ujar Senator Republik Mitt Romney.
Pandemi Covid-19 memang meninggalkan luka bagi seluruh dunia. Bukan hanya soal ekonomi dan keuangan. Presiden Royal College of Psychiatrists Inggris Adrian James mengatakan bahwa luka psikis yang ditimbulkan hampir setara dengan Perang Dunia II.
Dia menyebut, setidaknya 10 juta orang, termasuk 1,5 juta anak-anak di Britania Raya, bakal membutuhkan bantuan perawatan mental karena krisis ini. ’’Yang menakutkan, fenomena ini tak akan berhenti meski virus sudah bisa dikendalikan,’’ paparnya kepada The Guardian.
Efek tersebut timbul karena kebijakan karantina serta krisis ekonomi yang mengikuti. Warga jadi lebih paranoid tentang penyakit. Trauma ketika melihat saudara terkena Covid-19 juga bakal mengganggu kesehatan jiwa. ’’Banyak orang berpikir, ketika pandemi selesai, semua akan kembali normal. Tapi, pola hidup kita sudah berubah,’’ ungkapnya.