Jawa Pos

Jadi Perantara, Klub Kembali Hidup, eh Malah Terdepak dari Jajaran Pelatih

Putra Sinar Giri (PSG) sudah berganti kepemilika­n. Juga berganti nama menjadi Putra Safin Group (PSG) Pati. Kini, tim dimiliki Wakil Bupati Pati Saiful Arifin alias Safin. Ternyata, ada peran I Putu Gede di balik akuisisi tersebut.

- Jawa Pos, Surabaya BAGUS PUTRA PAMUNGKAS,

I PUTU GEDE tidak menyangka pertemuan dengan Persipa Pati 24 Oktober lalu mengubah sejarah klub asuhannya. Saat itu, tim asuhannya, PSG Gresik, melakukan laga uji coba.

Memang, tim besutannya hanya mampu bermain imbang 1-1. Namun, bukan itu yang dia cari.

Saat berkunjung ke Pati, Putu Gede bertemu Saiful Arifin alias Safin. Dia adalah wakil bupati Pati sekaligus pemilik Safin Pati Football

Academy. Putu Gede lalu memperkena­lkan Safin kepada manajemen PSG.

’’Saya sudah lama kenal Pak Safin (Saiful Arifin). Dari situ, saya membantu menawarkan ke Pak Safin bisa jadi investor baru di PSG,’’ kata Putu Gede kepada Jawa Pos.

Pelatih 47 tahun itu diminta mencari investor baru oleh manajemen. ’’Kondisi klub saat itu memang sudah tidak bisa hidup lagi,’’ tambahnya.

Gaji pemain tertunggak sejak April lalu. Padahal, seharusnya, pemain dan pelatih mendapat gaji 25 persen. Manajemen kemudian membayarka­n gaji pemain dan pelatih per termin atau tiga bulan sekali.

’’Kalau di klub lain, mungkin sudah terjadi gejolak. Makanya, saya salut dengan pemain kami yang bisa sabar,’’ tutur mantan pelatih Perseru Serui itu.

Putu Gede sempat menawarkan PSG ke salah satu investor di Solo.

’’Tapi, tidak ada deal,’’ imbuhnya.

Karena itu, dia berharap PSG bisa berjodoh dengan Safin. Harapan Putu jadi kenyataan. Kini, Safin menjadi pemilik klub dan nama tim diubah dari PSG Gresik menjadi PSG Pati.

PSG kini sudah kembali hidup. Klub dipastikan siap mengarungi Liga 2. Sayang, saat kondisi klub

membaik, nasib Putu Gede malah tidak jelas. Pelatih asli Denpasar itu terdepak dari jajaran pelatih. Manajemen baru sudah menunjuk Ibnu Grahan sebagai pelatih kepala.

Bagaimana dengan Putu Gede? Dia bahkan tidak masuk dalam jajaran tim pelatih. Padahal, dia adalah pembuka jalan akuisisi

PSG oleh Safin.

Masalahnya, kontrak Putu Gede bersama PSG adalah untuk dua musim. Artinya, dia masih jadi nakhoda PSG sampai akhir musim 2021.

Lalu, apakah Putu Gede mendapat kompensasi? ’’Masih belum. Kalau saya sih nggak mau ribut. Saya punya hubungan baik dengan manajemen (PSG). Saya mau selesaikan secara kekeluarga­an saja,’’ ungkap mantan pemain Persebaya Surabaya itu.

Menjadi penyelamat klub, kemudian tidak masuk dalam jajaran pelatih, tidak membuat Putu Gede sakit hati. Dia memilih menghadapi semua masalah dengan kepala dingin. Bagi dia, mampu menyelamat­kan klub seperti PSG sudah jadi kepuasan tersendiri. ’’Saya malah bersyukur. Coba kalau tidak ada investor baru, nasib pemain bagaimana? Semakin klub nunggak (gaji), kan malah kasihan pemain. Makanya, saya bersyukur PSG bisa tetap jalan,’’ terang pelatih kelahiran 1 Desember 1973 tersebut.

Soal dia yang kini kehilangan pekerjaan, itu tidak dijadikan masalah. Selama klub sepak bola tidak mati, Putu Gede merasa senang. ’’Apalagi, PSG nanti jadi wadah bagi Safin Pati Football Academy. Terlepas saya dipakai atau tidak, semua keputusan kan ada di pemilik baru. Saya nggak masalah,’’ jelas pria yang juga pernah melatih Persibo Bojonegoro itu.

Kini, Putu Gede lebih banyak menghabisk­an waktu di kediamanny­a di Kota Malang. Sesekali dia juga pergi ke Pasuruan. Di sana, dia melatih tim sepak bola PT Cheil Jedang Indonesia (CJI). ’’Setiap Senin sama Kamis saya melatih. Kan sudah lama saya melatih di sana (CJI). Cuma karena sibuk, jadi jarang keurus. Sekarang ya lebih banyak waktu untuk ke Pasuruan,’’ pungkasnya.

 ?? ANGGER BONDAN/JAWA POS ?? SANTAI: Putu Gede tidak masalah meski tidak masuk dalam jajaran tim pelatih PSG.
ANGGER BONDAN/JAWA POS SANTAI: Putu Gede tidak masalah meski tidak masuk dalam jajaran tim pelatih PSG.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia