Jawa Pos

Terapkan Prokes Ketat, Ajak UKM Berkolabor­asi

Membaiknya banyak sektor usaha pada masa pandemi juga menghampir­i klinik kecantikan. Penerapan protokol kesehatan yang ketat dan kebutuhan untuk perawatan kulit membuat banyak pasien kembali melakukan rutinitas pengecekan kulit dan perawatan.

- AZAMI RAMADHAN & MARIYAMA DINA, Jawa Pos

SUDAH bukan rahasia lagi bahwa semua sektor usaha terkena dampak pandemi. Terlebih di awal-awal pademi menyerang pada MaretMei. Namun, penerapan protokol kesehatan pada masa new normal ternyata membawa dampak yang cukup signifikan. Salah satunya klinik kecantikan. Leni Kumalasari, CEO klinik kecantikan di Jalan Mayjen Sungkono, menuturkan bahwa sejak pertengaha­n tahun kliniknya mulai membaik.

”Sekitar Juni-Agustus itu mulai beranjak naik. Mungkin karena Idul Fitri juga, banyak orang yang ke klinik lagi,” jelasnya.

Kemudian, begitu memasuki September hingga sekarang, peningkata­n semakin baik lagi. ”Bahkan melebihi Januari-Februari waktu sebelum pandemi,” tambahnya.

Keluhan yang dialami pasien pada masa pandemi ternyata memiliki banyak kesamaan. Mulai maskne (mask acne) atau jerawat yang muncul karena sering memakai masker, jerawat yang disebabkan penggunaan home care product yang kurang tepat karena lebih memilih yang dijual bebas tanpa tahu kebutuhan kulit, hingga hiperpigme­ntasi karena seringnya berjemur.

Namun, membaiknya omzet di klinik kecantikan tentu diimbangi dengan kenyamanan dan keamanan yang disediakan. Sebab, pandemi belum berakhir hingga sekarang

Leni menceritak­an, protokol kesehatan yang diterapkan cukup ketat. ”Jadi, sebelum melakukan perawatan atau konsultasi, kita ada beberapa langkah dulu. Semua pasien yang masuk kita sediai dispossabl­e APD untuk dipakai selama treatment,” jelasnya.

Kemudian, pasien wajib mengisi form kesehatan. Rapid AB test juga harus dilakukan semua pasien baru dan pasien yang kurang dari 14 hari dari perjalanan ke luar kota atau luar pulau.

Penerapan tes tersebut ternyata masih menjadi tantangan mereka hingga saat ini. ”Soalnya, enggak semua pasien mau rapid dulu. Enggak jarang sampai ngotot-ngototan dulu. Mungkin karena takut hasilnya reaktif ya,” ceritanya.

Selain itu, tempatnya menerapkan bahwa pengantar pasien hanya boleh menunggu di lobi. Hal itu menjadi pekara baru lainnya. ”Enggak jarang, ada beberapa pengantar yang maksa buat naik ke lantai 2 (ruang treatment). Di sini pun akhirnya harus kita edukasi lagi,” katanya.

Hal yang sama diceritaka­n dr Daniel Widiyanto, pemilik klinik kecantikan di kawasan Sukolilo, awal pekan lalu. Dia mengaku Mei menjadi bulan yang berat selama mengelola empat klinik kecantikan. Saat itu, Surabaya memberlaku­kan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang berlangsun­g hingga Juni.

”Mei itu drop banget. Padahal, Maret sudah ancang-ancang.

Tapi, tetap saja,” katanya. Dia mengungkap­kan, pada Maret menjelang PSBB pertama, pihaknya memutar otak agar roda bisnisnya tetap jalan. Dia membuat berbagai model promo yang mengikat pelanggan. Termasuk bonus masker dan sanitizer serta setiap pengunjung menerima imun booster. Beruntung, pada April, pelayanan dan treatment secara langsung dapat dilakukan.

Dia mengaku sebelum pandemi, kunjungan menjadi andalan para pelaku usaha kecantikan. Pelanggan dari luar Kalimantan, Sulawesi, dan NTB rela terbang ke Surabaya untuk melakukan treatment.

Namun, pandemi membuat semuanya berubah. Bahkan, satu minggu saat PSBB, kliniknya sempat tutup.

Selain melibatkan diri dalam kegiatan sosial, pria 33 tahun itu juga mengajak seluruh karyawanny­a untuk bertemu secara tatap muka. Pertemuan tersebut bukan untuk memutus kontrak atau merumahkan karyawan. Tetapi, membuat komitmen bersama. Secara terang-terangan, dia mengatakan tidak akan merumahkan seluruh karyawanny­a. Namun, mengajak membidangi satu divisi yang tetap berkaitan dengan kecantikan, yakni produk skincare.

Dalam pembuatan skincare itu, Daniel berkolabor­asi dengan berbagai jenis UKM di berbagai daerah. Menurut dia, kolaborasi itu apik karena bisa memperkuat produksi dalam negeri selain membantu UKM untuk tetap bertahan.

 ?? AZAMI RAMADHAN/JAWA POS ?? ANTISIPASI: Petugas klinik kecantikan mengecek suhu pelanggan yang akan menjalani perawatan.
AZAMI RAMADHAN/JAWA POS ANTISIPASI: Petugas klinik kecantikan mengecek suhu pelanggan yang akan menjalani perawatan.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia