Kali Lamong Meluap Lagi
Genangi 12 Desa di Dua Kecamatan
KABUPATEN MOJOKERTO, Jawa Pos – Banjir besar melanda 12 desa di Kecamatan Jetis dan Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto, Minggu malam (27/12). Derasnya hujan membuat Kali Lamong dan air yang mengalir dari kawasan Watublorok meluap. Sedikitnya 451 rumah dan 113 hektare lahan sawah di dua kecamatan tersebut terendam banjir.
Dua belas desa itu meliputi Banyulegi, Pulorejo, Madurso, Talunblandong, Randegan, Pucuk, Brayublandong, Temuireng, Bangeran, serta Suru di Kecamatan Dawarblandong. Selain itu, hujan lebat juga mengakibatkan banjir di dua desa di Kecamatan Jetis. Yakni, di Jolotundo dan Bendung.
Dilihat dari jumlah desa terdampak, banjir kali ini merupakan yang terbesar dalam 10 tahun terakhir. Pasalnya, sejumlah desa yang sebelumnya tidak pernah terdampak banjir ikut terendam. Selain itu, di titik-titik tersebut terjadi kerusakan yang cukup parah. Salah satunya tampak di Dusun Bendo, Desa Jolotundo. Satu rumah warga ambruk disapu banjir. Sementara itu, dua ekor sapi hanyut terbawa arus.
Abdul Munif, 48, warga Dusun Bendo, Desa Jolotundo, Kecamatan Jetis, mengatakan, selama 10 tahun terakhir tidak pernah terjadi banjir. Baru kali ini banjir yang disebabkan meluapnya aliran sungai yang merupakan anak Kali Lamong itu mengenangi sedikitnya 50 rumah warga. ’’Terakhir banjir itu tahun 2010. Padahal, kemarin (Minggu sore, Red) hujannya juga tidak lama, hanya sekitar dua jam,’’ ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Camat Dawarblandong Norman
Handhito. Menurut dia, selain luapan Kali Lamong, banjir yang menggenangi 11 desa di wilyahnya itu disebabkan luapan sungai anak Kali Lamong yang melintasi desa-desa tersebut. ’’Ada luapan aliran sungai (anak Kali Lamong) yang mengalir dari hutan sekitar Watublorok (Hutan Kayu Putih Perhutani) dan hilirnya di Kali Lamong,’’ ungkapnya.
Belum Berani Keruk Kali Lamong
Sejumlah pihak mendorong agar solusi permanen dapat direalisasikan. Solusi itu tidak lain adalah pendalaman aliran Kali Lamong yang langganan meluap. Warga, pihak desa, pihak kecamatan, hingga BPBD Kabupaten Mojokerto mendesak pemkab dan BBWS Bengawan Solo sebagai pihak pengelola Kali Lamong untuk segera melakukan normalisasi.
Namun, Norman mengingatkan bahwa normalisasi Kali Lamong harus diikuti normalisasi anak sungai Kali Lamong. Pasalnya, jika salah satu saja mengalami pendangkalan, luapan sungai justru semakin menggenangi permukiman.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Mojokerto Bambang Purwanto mengatakan, normalisasi Kali Lamong belum bisa dilakukan lantaran curah hujan masih tinggi. Pihaknya mengaku tak dapat menurunkan alat berat jika debit air sungai masih deras. ’’Iya, (pengerukan Kali Lamong) nunggu curah hujan agak berkurang sedikit,’’ ungkapnya.