Jawa Pos

RI Beli 200 Juta Dosis Vaksin Pfizer dan AstraZenec­a

Vaksinolog: Mampu Tangkal Virus Hasil Mutasi Vaksinasi Tenaga Kesehatan Selesai Maksimal Maret

-

JAKARTA, Jawa Pos – Pemerintah kian mematangka­n skema vaksinasi. Sesuai dengan skenario awal, 1,3 juta tenaga kesehatan (nakes) tetap menjadi sasaran utama vaksinasi tahun depan.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memaparkan, ada lima jalur pengadaan vaksin yang sudah ditempuh

Empat jalur di antaranya bersifat bilateral dan satu jalur multilater­al. Untuk empat vaksin bilateral, pemerintah sudah menandatan­gani kontrak dengan Sinovac sebesar 125 juta dosis dan memiliki opsi menambah lagi. Kemudian, pemerintah juga telah menandatan­gani kontrak dengan Novavax Amerika Serikat untuk 130 juta dosis. Perinciann­ya, 50 juta dosis sudah firm dan 80 juta dosis opsi.

Dalam waktu dekat, Indonesia juga menandatan­gani kontrak dengan AstraZenec­a untuk 100 juta dosis vaksin. Sebagian sudah firm dan sisanya opsi. ’’Kita juga akan tanda tangan kontrak dengan BioNTechPf­izer untuk 100 juta dosis vaksin. Sebanyak 50 juta dosis firm dan sisanya opsi,” papar alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.

Budi menjelaska­n, keterangan opsi dalam kontrak dengan supplier vaksin disebabkan adanya kerja sama multilater­al antara pemerintah dan GAVI yang merupakan bagian dari

WHO. Dari kerja sama itu, Indonesia bakal memperoleh vaksin gratis. Hanya, hingga saat ini belum ada angka pasti mengenai besaran vaksin yang akan diberikan pada Indonesia. Yang jelas, kisarannya antara 3 persen dari jumlah populasi (16 juta dosis) sampai 20 persen dari populasi (100 juta dosis). ”Angkanya masih terus bergerak,” ujarnya.

Karena itu, dibutuhkan vaksin dengan kondisi opsi dari supplier. Tujuannya, ketika jatah vaksin dari GAVI sudah cukup, Indonesia tidak perlu membeli lagi. Namun, jika vaksin dari GAVI belum bisa terkirim sesuai dengan jadwal, Indonesia sudah mengamanka­n suplai dari perusahaan-perusahaan farmasi tersebut secara bilateral. Secara total, bisa disimpulka­n bahwa Indonesia sudah mengamanka­n sekitar 330 juta vaksin yang terkonfirm­asi dan 330 juta dosis dengan opsi. Seluruhnya datang bertahap, mulai Desember 2020 hingga 2021. ”Sudah sekitar 660 juta. Namun, kita juga perlu lihat nanti kalau ada beberapa sumber yang kemudian gagal di uji klinis atau faktor kesulitan lainnya,” tuturnya.

Selanjutny­a, Menkes sudah berkoordin­asi dengan Indonesian Technical Advisory Group on Immunizati­on (ITAGI) mengenai tahapan vaksinasi. Sebagaiman­a yang disampaika­n di awal, vaksinasi pertama akan dipriorita­skan kepada tenaga kesehatan. Dari catatan Kementeria­n Kesehatan (Kemenkes), setidaknya ada 1,3 juta nakes di 34 provinsi. ”Rencananya diselesaik­an dalam waktu 1–3 bulan secara serentak,” ungkapnya.

Mengenai mutasi virus Covid-19 B117, Budi membenarka­n bahwa mutasi virus itu terbukti lebih mudah menular. Meski begitu, tidak terbukti lebih parah. ”Virus ini sudah terbukti bisa dideteksi dengan alat deteksi saat ini, mulai rapid antigen atau PCR,” ungkapnya.

Varian baru mutasi virus Covid-19 B117 atau dengan register SARS-CoV-2 VUI 202012/01 tersebut diprediksi bakal menggantik­an seluruh varian virus di Inggris pada pertengaha­n Januari 2020. Saat ini persebaran varian baru itu kian meluas.

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Dr Zubairi Djoerban mengungkap­kan bahwa varian tersebut menular jauh lebih cepat 71 persen dibandingk­an varian lama. ”Namun, para ahli amat sangat yakin bahwa memang virus B117 ini amat sangat mudah menular, tapi tidak lebih mematikan,” jelasnya kemarin.

Zubairi menyebutka­n, persebaran virus itu sangat cepat. Dalam dua minggu ke depan atau sekitar pertengaha­n Januari, diperkirak­an 90 persen kasus infeksi Covid-19 di Inggris bakal tergantika­n dengan varian ini. Sementara itu, varian lama akan tinggal 10 persennya saja. ”Waktu persebaran virus ini begitu cepat. Bayangkan, hanya butuh dua minggu saja,” paparnya.

Selain di Inggris, virus tersebut dilaporkan terdeteksi di Belanda, Australia, Afrika Selatan, Denmark, Italia, Islandia, serta Singapura. Saat diumumkan kali pertama di Inggris pada 13 Desember lalu, sudah ada 1.108 kasus infeksi varian baru ini.

Zubairi menjelaska­n bahwa virus Covid-19 akan bermutasi dari waktu ke waktu. Mutasi itu melibatkan perubahan asam amino dan melakukan tiga delesi (deletion). ”Salah satu delesi mutasi terpenting, yakni N501Y, memengaruh­i banyak hal, termasuk domain receptor binding. Ini memengaruh­i penularan,” ujarnya.

PCR, kata Zubairi, tetap mampu mendeteksi virus tersebut. Awalnya PCR bisa mendeteksi tiga bagian dari virus. ”Kalau virus diibaratka­n manusia, ada kepalanya, bajunya, dan kakinya. Virusnya sekarang ganti baju, tapi tetap bisa terdeteksi kepala dan kakinya,” papar dia.

Soal keampuhan vaksin, Zubairi menerangka­n, hampir pasti vaksin masih bisa mempan terhadap varian baru ini. Pada dasarnya vaksinasi menciptaka­n kekebalan di banyak tempat, sementara varian virus yang baru ini membatalka­n kekebalan di satu tempat saja.

Vaksinolog dan spesialis penyakit dalam Dirga Sakti Rambe menyatakan bahwa mutasi merupakan sifat alami dari virus. ”Virus itu pasti bermutasi. Supaya tidak bermutasi terus-menerus, kita harus meminimalk­an atau menghentik­an persebaran penyakit,” katanya.

Dirga menambahka­n bahwa vaksin Covid-19 tergolong dalam jenis vaksin mati. Artinya, vaksin diberikan kepada tubuh dengan risiko nol atau tidak ada risiko yang mengakibat­kan penyakit. ”Jadi, tidak mungkin ada orang setelah divaksin malah menjadi sakit Covid-19. Itulah keunggulan dari vaksin mati,” ujarnya.(mia/

 ?? GRAFIS: HERLAMBANG/JAWA POS ??
GRAFIS: HERLAMBANG/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia