Jawa Pos

Latih Kekompakan saat Pandemi Jadi Tantangan

Franklin sedang bahagia. Jerih payahnya terbayar. Dia menjadi juara pertama kompetisi debat internasio­nal pekan lalu. Berkat perjuangan yang keras.

- HASTI EDI SUDRAJAT,

Jawa Pos

INGATAN Franklin melayang ke 2016 silam. Siswa Intercultu­ral School itu sedang mengikuti kompetisi debat di Korea Selatan. Dia langsung mendapat tekanan ketika baru tiba di bandara. Franklin mendengar salah seorang peserta meremehkan­nya.

”No chance. No chance,” katanya saat ditemui Jawa Pos di kampus Unesa Lidah Kulon, Minggu (27/12). Franklin dianggap tidak punya kesempatan untuk menang. Dia dinilai hanya membuang waktu.

Maria, sang ibu, yang ikut mengantar waswas dengan ungkapan tersebut. Bahkan, dia sempat berpikir agar anaknya batal mengikuti kompetisi. Maklum, Franklin juga membawa nama sekolah. Maria tidak ingin kegagalan anaknya berpengaru­h ke sekolah

J

Namun, Franklin menunjukka­n sikap yang berbeda. Dia tidak menyikapi pandangan sebelah mata yang diterimany­a. Dia memilih berfokus pada kompetisi. Franklin yakin bisa memberikan hasil yang terbaik.

Keyakinan tersebut terbukti pada akhir kompetisi. Franklin yang sempat diremehkan membuat kejutan dengan meraih juara III. Hasil itu bak pintu pembuka jalan baginya untuk terus berprestas­i pada kompetisi debat lain. Franklin yang rutin mengikuti kompetisi debat internasio­nal setiap tahun tidak pernah memungkasi­nya tanpa prestasi.

Tahun lalu misalnya. Franklin menjadi best speaker dengan skor tertinggi saat mengikuti kompetisi debat di Shanghai, Tiongkok. Mengunggul­i 268 peserta debat lain. Capaian itu dilengkapi dengan hasil debat kelompok. Franklin bersama timnya menjadi juara kedua. ”Nuklir yang menjadi tema debatnya saat itu,” tuturnya.

Di setiap kompetisi, kata dia, tema debat tidak selalu sama. Dalam kompetisi yang diikuti tahun ini, temanya adalah harga obat. Franklin tidak hanya harus menyampaik­an tanggapan. Namun, juga meyakinkan juri bahwa opininya adalah yang terbaik.

Franklin tahun ini mengikuti lomba debat kelompok. Dia berduet dengan Shafira Dwi Putri. Juniornya di sekolah. Mereka dilatih Pipit Andriani. ”Tantangan tahun ini lebih berat karena pandemi,” ungkapnya.

Menurut dia, debat kelompok membutuhka­n kekompakan dengan rekan satu tim. Kondisi tersebut bisa tercapai dengan latihan bareng. Namun, dia dan temannya tidak bisa seperti itu. Mereka jarang bertemu langsung karena sistem belajar dari rumah akibat pandemi.

Franklin menambahka­n, kompetisi juga tidak dihelat secara langsung seperti biasanya. Melainkan virtual. Jadi, dia dan temannya membutuhka­n usaha ekstra saat menyampaik­an pendapat. ”Kondisinya sudah pasti berbeda antara langsung dan tidak langsung,” kata remaja yang pernah bergabung dalam Summer School di Colombia University tersebut. ”Belum lagi penyesuaia­n jam. Kita harus mengikuti lokasi kompetisi,” sambungnya. Franklin menjelaska­n, tahun ini kompetisi dihelat di Suzhou, Tiongkok.

Maria mengungkap­kan bahwa bakat sang anak dalam debat terlihat sejak kecil. Di sekolah, dia sering menjadi yang pertama tunjuk tangan ketika guru memberi pertanyaan di kelas. Meskipun, tidak jarang anak kedua di antara empat bersaudara itu meminta pertanyaan diulang karena belum paham. ”Yang penting kelihatan dulu,” ungkapnya, lantas tersenyum.

Maria tidak hanya menyinggun­g bakat buah hatinya. Shafira sebagai teman satu kelompok juga dianggap punya jasa besar sehingga anaknya bisa juara. ”Juara kelompok kan tidak mudah. Jelas satu dan lain saling mendukung dan melengkapi,” ungkapnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa peran pelatih tidak bisa dilepaskan. Menurut dia, Pipit adalah sosok pelatih yang hebat. ”Namanya remaja, pasti emosinya belum bisa stabil. Di situ peran besar pelatih. Mampu memotivasi tanpa lelah,” tegasnya.

 ?? FRANKLIN MAHESA FOR JAWA POS ?? SERIUS: Franklin Mahesa Wibisono dan Shafira Dwi Putri ketika mengikuti debat secara virtual.
FRANKLIN MAHESA FOR JAWA POS SERIUS: Franklin Mahesa Wibisono dan Shafira Dwi Putri ketika mengikuti debat secara virtual.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia