Penyebab Utamanya Masih Sampah
Perlebar Hilir dan Ingatkan Pembangunan Tower Baru
SURABAYA, Jawa Pos – Kondisi Surabaya cukup memprihatinkan pada Senin malam (28/12). Jalan-jalan protokol macet. Hujan yang turun sejak sore mengakibatkan hampir seluruh kawasan tergenang dengan ketinggian bervariasi. Tak terkecuali jalan-jalan protokol di Surabaya Barat.
”Setiap hujan deras pasti banjir. Padahal, salurannya sudah diperbaiki,” kata Florensia, salah seorang warga. Sudah hampir sejam, dia menunggu bus di halte Mayjen Sungkono. Kalau terjadi banjir, bus yang ditunggu-tunggu memang lama sekali datang. Jika genangan sudah surut, baru bus mau lewat.
Genangan di Mayjen Sungkono memang membuat banyak kendaraan berjalan lambat. Bahkan, sopir lebih memilih berhenti daripada kendaraan mogok. Genangan terlihat di kawasan HR Muhammad–Yono Soewoyo pada saat yang sama. Air yang cenderung keruh menggenang hingga 20 sentimeter atau setengah ban sepeda motor. ”Kalau di sini saja sudah segini, mending saya mandek. Sebab, di Mayjen Sungkono pasti lebih dalam lagi,” ucap Mardi, salah seorang pengendara.
Ketinggian permukaan Surabaya memang menjadi problem. Surabaya sebagai kota di garis pantai utara Jawa memang akan selalu dihantui genangan dan banjir. ”Jakarta juga begitu. Kondisi tanahnya rendah,” jelas Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Soeparno.
Perilaku buang sampah sembarangan masih disoroti. Saluran besar atau kecil tidak pernah bebas sampah. Belum lagi endapan yang bersumber dari sampah. Benar saja, bila dirunut, sampah-sampah menghalangi aliran air di sungai yang menjadi tujuan saluran.
Selain itu, pemerintah harus melakukan inspeksi saluran dari hulu ke hilir. Tentu dibutuhkan koordinasi antarkota. Jangan sampai pengecekan hanya dilakukan di titik hilir.
Kondisi Surabaya yang berada di pantai utara juga harus dijaga dengan pelebaran hilir. Debit air yang tinggi dari tengah kota bisa segera mengalir ke pantai. ”Kita nggak bisa memperdalam hilir karena air dari laut justru masuk. Jadi, hilir hanya bisa diperlebar,” ungkapnya.
Alumnus Teknik Sipil ITS itu juga mengkritik pembangunan tidak berizin di bantaran kali.
Pembangunan beberapa gedung baru di Surabaya Barat juga mesti taat. Soeparno mengingatkan developer untuk mempelajari kontur, peta perairan, dan tata ruang. Pastikan pembangunan tidak mengganggu keberadaan saluran yang ada saat ini.